Bagaimana Psikologi Remaja yang Merokok


Dari kacamata psikologi, menyingkirkan pengaruh rokok dari pelajar di bawah umur memang susah selama keluarga siswa di rumah mempunyai sikap positif terhadap rokok. Penjelasan itu diungkapkan psikolog pendidikan Unair Margaretha.

Menurut dia, peran keluarga memang nomor satu dalam memengaruhi pelajar merokok. Remaja di bawah usia 18 tahun belum memiliki kemampuan berpikir secara dewasa. Karena itu, dia mudah terbawa pengaruh dan cenderung meniru yang dilakukan orang lain.

"Keluarga punya peran dalam membentuk perilaku anak," jelasnya saat dihubungi Jawa Pos. Retha, panggilan akrab Margaretha, menegaskan, selama keluarga memiliki sikap positif terhadap rokok, anak akan menganggap rokok bisa diterima.

Sikap positif terhadap rokok tersebut bisa dilihat dari cara pandang anggota keluarga terhadap rokok. 

Berapa sering dan berapa banyak anggota keluarga merokok di depan anak. Hal itu diperparah dengan anggota keluarga yang merokok secara terang-terangan di hadapan anak. "Sudah begitu, anggota keluarga yang merokok tidak menanamkan pandangan negatif soal rokok kepada si anak," jelasnya.

Namun, bukan berarti anak yang keluarganya merokok hampir dapat dipastikan juga ikut-ikutan merokok. Itu bergantung pada faktor lain, yaitu lingkungan pergaulan.

Bila remaja tersebut bergaul dengan teman yang tidak merokok, ada kemungkinan mereka tidak merokok. Namun, kondisinya menjadi bahaya apabila peer group atau teman sebaya malah merokok. Hal itu bisa memicu remaja untuk menjadi perokok aktif.

Selain keluarga dan teman sebaya, kata Retha, faktor lain pelajar mencoba untuk merokok dipengaruhi kebijakan pemerintah. Sebab, rokok masih menjadi budaya yang dilegalkan. Karena itu, sulit menekan pengaruh industri rokok yang gencar promosi di berbagai media.

Pelajar yang merokok di bawah umur juga mempunyai dampak psikologis. Semakin dini dan sering mereka merokok akan menjadi gerbang untuk kecanduan zat adiktif lain, seperti alkohol dan narkoba. 

Selain itu, mereka tidak punya kemampuan yang baik dalam mencari jalan keluar saat menghadapi masalah. "Kalau mereka depresi, pasti larinya ke rokok," ungkapnya.

Oleh karena itu, pengaruh rokok harus dihambat sejak dini. Caranya adalah memonitor perilaku anak. Terutama oleh orang tua dan guru. Selanjutnya, orang tua yang mengetahui anaknya merokok sebaiknya jangan langsung dimarahi.

Peran orang tua dalam memberikan pemahaman terhadap rokok juga mulai di-setting. "Orang tua harus bisa memberi pemahaman bahwa rokok itu bukan alat pergaulan. Orang merokok itu tidak keren," tegasnya.

Referensi : jpnn.com

0 Response to "Bagaimana Psikologi Remaja yang Merokok "

Post a Comment