Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China


Dulu, Danau Poyang adalah telaga air tawar terbesar di China. Luasnya dua kali ukuran kota London. Sejarah bahkan mencatat, salah satu pertempuran di perairan terbesar pernah terjadi di sana pada tahun 1363, di akhir Dinasti Yuan. Ribuan tewas kala itu. 

Seperti dikutip dari Liputan6.com, sebagian besar danau yang terletak di Provinsi Jiangxi kini kering kerontang. Ada dua kombinasi penyebabnya: kekeringan dan ulah manusia. Pembangunan Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam) -- kompleks PLTA terbesar di dunia, dengan kapasitas 22.500 megawatt -- membuat level air di Poyang menurun drastis.
Sebagian besar air dari danau seluas 3.500 kilometer persegi kini menghilang, berganti padang rumput tempat sapi-sapi memamah biak. Para turis yang ingin mengunjungi paviliun dan menara kuno, bisa berjalan kaki atau naik sepeda, tak perlu menyewa perahu. 

Kekeringan juga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi lahan basah danau. Ekologi -- interaksi antara organisme dengan lingkungannya-- menjadi korban.
Penduduk sekitar kini menderita kekurangan air minum. Industri perikanan lokal bangkrut. 

Ikan-ikan kehabisan nafas dan menggelepar. Tidak ada ikan berarti tidak ada makanan untuk setengah juta burung yang migrasi, yang biasanya beristirahat di tengah perjalanan mereka di Poyang. 

Air yang mengering menguak keberadaan sebuah jembatan kuno dari masa Dinasti Ming. Jembatan sepanjang 2.930 meter itu seluruhnya terbuat dari granit, berusia hampir 400 tahun.


'Segitiga Bermuda' China

Sebelum akhirnya mengering, Danau Poyang memiliki reputasi mengerikan. Sebagai 'kuburan' kapal. 

Dari awal 1960-an sampai akhir 1980-an, lebih dari 200 kapal karam di perairannya yang dianggap 'misterius' kala itu. Membuatnya dijuluki 'Segitiga Bermuda China'. Lebih banyak lagi kapal tenggelam setelahnya, membuat lebih dari 1.600 orang hilang, 30 lainnya yang berhasil selamat konon menjadi tak waras. 

Menurut badan maritim setempat, seperti Liputan6.com kutip dari China Gaze, kapal-kapal besar dengan muatan hingga seberat 2.000 ton pernah tenggelam di Danau Poyang. 

Bahkan pada 3 Agustus 1985, ada 13 kapal yang hilang pada satu hari. Tanpa bekas. Peristiwa yang sangat langka dalam sejarah maritim.

Para ilmuwan telah mencoba untuk mengungkap misteri Danau Poyang selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada penyelidikan yang telah menghasilkan kesimpulan yang konkret.

Tak kurang dari para ahli perairan dalam dari Nanjing Institute of Geography and Limnology mengeksplorasi dan menginvestigasi Poyang. Jiahu Jiang, salah satu peneliti di sana mengatakan, tak masuk akal bahwa tak ada puing kapal dan jasad korban yang pernah ditemukan di bawah air, selama ekspedisi yang mereka lakukan. 

Jiang juga menambahkan, tentara Jepang yang menginvasi China selama Perang Dunia II juga mengalami celaka di danau itu. Pada 16 April 1945, kapal kargo Jepang yang mengangkut harta karun dan benda antik yang dirampas dari rakyat Tiongkok karam di sana. Total berat 2.000 ton. 

Kapal itu raib dan tak ada awak yang selamat dari tragedi. Setelah menerima kabar tragis itu, militer Jepang memerintahkan personel angkatan laut di dekatnya untuk menyelamatkan kapal dan isinya. Dari semua penyelam yang dikirim, hanya satu yang bisa kembali ke permukaan. Dalam kondisi linglung, tak mampu bicara. Ia terlihat dicengkeram teror. Tanpa ada yang tahu kenapa sang penyelam lantas berangsur hilang kewarasannya. 

Di akhir Perang Dunia II, Pemerintah China mencoba mencari kapal itu sekali lagi. Kali itu dengan bantuan Edward Boer, penyelam dan pemburu harta terkenal dari Amerika Serikat. Pada musim panas 1946, Boer dan timnya mulai bekerja. Tapi hasilnya nihil. 

"Jika ada orang yang selamat dari kecelakaan di perairan tersebut, mungkin jauh lebih mudah untuk menentukan penyebabnya. Namun, tak ada," kata Jiang.

Maka, penduduk setempat banyak menyebarkan gosip soal keberadaan monster danau, UFO, juga makhluk luar angkasa.

Apa yang selanjutnya menimbulkan intrik di sekitar daerah tersebut adalah lokasi geografis Danau Poyang itu sendiri: 30 derajat utara. Banyak orang menghubungkan misteri perairan ini dengan misteri yang belum terpecahkan lainnya yang berpusat di sekitar lintang 30 derajat utara, seperti Segitiga Bermuda di Samudera Atlantik dan piramida di Mesir.

Salah satu upaya penjelasan ilmiah mengaitkannya dengan faktor makhluk air besar. Misal, lumba-lumba air tawar yang ada di Sungai Yangtze dan Danau Poyang. Hewan itu mungkin bisa membalik. Namun, fakta membuktikan, lumba-lumba tidak cukup kuat untuk membalik kapal dengan berat puluhan atau ribuan ton. 

Sementara, seorang ahli lokal mengaku menemukan penyebab mengapa perairan tersebut mematikan. "Gambar inframerah menunjukkan, ada wilayah pasir raksasa (sandbank) di bawah perairan Kuil Laoye. Panjangnya sekitar 6.600 kaki atau 2.011 meter membentang dari timur ke barat," kata dia.

Pasir ini menghalangi aliran air dan menciptakan pusaran air di bawah danau. "Amat mungkin pusaran itu menenggelamkan kapal," tambah dia. Namun, teori tersebut belum bisa menjelaskan mengapa bangkai kapal-kapal itu tak ditemukan.

Mungkin, ketika Poyang mengering, para ahli bisa menemukan jawaban dari misteri itu. Atau, menemukan kembali harta karun yang hilang.

0 Response to "Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China"

Post a Comment