Kisah Mahasiswa Sukses Rintis Bisnis Celana Jeans `Brother Denim`


Kebutuhan akan fashion, terutama bagi anak muda seolah telah menjadi hal yang wajib untuk dipenuhi. Celah ini yang coba dimanfaatkan oleh M Ramadhika Raja, mahasiswa semester akhir Akademi Pimpinan Perusahaan, Bogor, Jawa Barat, dengan menjual kebutuhan fashion bagi anak muda seperti jeans dan jaket.

Dhika mengawali bisnis ketika duduk di bangku kuliah tingkat 2 atau sekitar tahun lalu. Ketika itu, dia hanya membantu menjualkan produk celana dan jaket miliki orang lain.

Dari sana, Dhika mulai belajar soal mencari bahan yang baik, memilih model, dan membuka perkenalan dengan penjahit yang punya kualitas jahitan yang baik sambil dirinya mengumpulkan uang sebagai modal. Setelah modal terkumpul, dia pun mulai membuka usahanya namun masih belum memiliki merk sendiri.

"Alasannya karena produk seperti jeans ini tidak pernah mati, jeans ada terus dan disukai terus, mungkin modelnya saja yang tergantung musim. Sebelumnya tidak memakai brand, teman hanya pesan biasa, kemudian saya buat. Tetapi sekarang sudah punya dan lebih punya tanggung jawab ke brand yang sudah dibangun ini," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (8/11/2013).

Kemudian Dhika membuat merk yang dia beri nama 'Brother Denim' dan mulai merekrut penjahit yang biasa membuat jeans pesanannya untuk dijadikan pegawai serta mulai membeli barang keperluan produksi seperti mesin jahit, bahan, benang dan lain-lain. Dia mengakui saat itu dia harus mengeluarkan modal sekitar Rp 3 juta- Rp 4 juta.

Harga produknya pun terbilang masih terjangkau untuk kantong anak muda, seperti celana jeans dia jual seharga Rp 160 ribu dan untuk jaket Rp 180 ribu hingga 250 ribu. Saat ini dia mampu meraup omzet sekitar Rp 5 juta-Rp 7 juta per bulan dengan jumlah karyawan sebanyak 4 orang sebagai penjahit.

"Sekarang yang aktif masih 2 orang, yang 2 orang lagi sedang menunggu orderan. Produksinya per hari bisa sampai 5 potong celana," ujar pria kelahiran Bogor, 25 Juni 1992.

Dhika rata-rata mengambil margin keuntungan dari setiap celana yang dia jual sebesar 60%-70%. Dia menjelaskan, margin ini terhitung cukup besar karena dia membuat sendiri celana yang diproduksi dan bukan mengambil dari orang lain, sehingga dia bisa mengambil untung yang lebih besar.

Untuk bahan baku, Dhika biasanya bekerjasama dengan supplier dari Bandung untuk memasok bahan jeans yang dia perlukan. Sementara untuk memperkenalkan produknya ini, dia banyak melakukan promosi melalui media sosial, bazzar serta melalui pameran.

Sedangkan untuk penjualan, dia juga banyak melakukan melalui online atau pemesanan secara langsung. Produknya pun sudah banyak dipesan dari berbagai daerah seperti Medan, Pontianak, Yogyakarta, Bandung, Bogor dan Jakarta.

Agar para pembelinya tidak kecewa akan produk celana jeans atau jaket buatannya, dia pun menerapkan sistem garansi selama 1 tahun.

"Jadi kalau resleting, kancing, atau jahitan yang lepas, kita kasih garansi untuk perbaikan. Ini juga jadi bagian untuk menjaga kualitas produk celana ini," katanya.

Ke depan, Dhika ingin terus mengembangkan bisnisnya ini dengan terus memperbanyak model celana serta berharap kedepan bisa memiliki outlet sendiri sehingga bisa menjadi pebisnis yang sukses.

Sumber : Liputan6.com

0 Response to "Kisah Mahasiswa Sukses Rintis Bisnis Celana Jeans `Brother Denim`"

Post a Comment