Tes kecerdasan, atau yang dikenal sebagai intellegence quotient (IQ), masih dianggap sesuatu yang spesial oleh beberapa orang tua. Kecerdasan anak masih diukur dari tingginya IQ.
"Padahal tes IQ hanya menyumbang 20 persen dari keberhasilan anak-anak. Jangan Terlalu berpatokan pada tes IQ, ini bukan sesuatu yang terlalu penting," kata Psikolog Rose Mini A.P. M.Psi dalam diskusi Smart Parent, Smart Kids, Mencerdaskan Balita dengan Komunikasi Efektif yang diadakan KidZania bersama Pigeon di Jakarta, dikutip dari Inilah.com.
Romi, begitu perempuan paruh baya itu akrab disapa, sangat menyayangkan banyak orangtua yang terlalu mempersoalkan hasil tes IQ putra-putrinya. Terlalu bangga jika hasil tes tinggi dan sebaliknya, sangat khawatir jika hasilnya kurang baik.
"Tidak ada yang bisa membuktikan IQ tinggi itu, menjadi faktor penting keberhasilan anak di lingkungannya nanti," katanya.
Romi membeberkan, tes kecerdasan hanya mengambil sebagian dari kemampuan otak seseorang. Misalnya, hanya mengambil kemampuan verbal, atau kemampuan matematika atau kemampuan penalaran.
"Tapi ternyata otak manusia itu hanya diambil sebagian kecil (untuk tes), karena penelitiannya yang memang cuma sampai disitu. Jadi ketika melihat hasil tes IQ ya yang terlihat hanya kemampuan matematiknya, atau verbalnya, sementara kecerdasannya lainnya tidak kelihatan," beber Romi.
Ini lanjut Romi yang kemudian seringkali menjadi acuan orangntua. Anak akan dianggap tidak cerdas karena hasil matematiknya tidak bagus. Padahal, sambungnya, kecerdasan anak tidak boleh hanya dilihat dari nilai matematikanya saja.
"Misalnya ketika nilai musik atau pelajaran seninya lebih bagus, itu artinya anak cerdas dibidang seni atau musik. Atau ketika nilai olahraganya lebih bagus, itu artinya anak cerdas dibidang olahraga. Orang tua harus lebih mengarahkan anak ke bidang itu, seperti misalnya menjadi atlet atau pemain musik atau penyanyi," jelas Romi.
"Padahal tes IQ hanya menyumbang 20 persen dari keberhasilan anak-anak. Jangan Terlalu berpatokan pada tes IQ, ini bukan sesuatu yang terlalu penting," kata Psikolog Rose Mini A.P. M.Psi dalam diskusi Smart Parent, Smart Kids, Mencerdaskan Balita dengan Komunikasi Efektif yang diadakan KidZania bersama Pigeon di Jakarta, dikutip dari Inilah.com.
Romi, begitu perempuan paruh baya itu akrab disapa, sangat menyayangkan banyak orangtua yang terlalu mempersoalkan hasil tes IQ putra-putrinya. Terlalu bangga jika hasil tes tinggi dan sebaliknya, sangat khawatir jika hasilnya kurang baik.
"Tidak ada yang bisa membuktikan IQ tinggi itu, menjadi faktor penting keberhasilan anak di lingkungannya nanti," katanya.
Romi membeberkan, tes kecerdasan hanya mengambil sebagian dari kemampuan otak seseorang. Misalnya, hanya mengambil kemampuan verbal, atau kemampuan matematika atau kemampuan penalaran.
"Tapi ternyata otak manusia itu hanya diambil sebagian kecil (untuk tes), karena penelitiannya yang memang cuma sampai disitu. Jadi ketika melihat hasil tes IQ ya yang terlihat hanya kemampuan matematiknya, atau verbalnya, sementara kecerdasannya lainnya tidak kelihatan," beber Romi.
Ini lanjut Romi yang kemudian seringkali menjadi acuan orangntua. Anak akan dianggap tidak cerdas karena hasil matematiknya tidak bagus. Padahal, sambungnya, kecerdasan anak tidak boleh hanya dilihat dari nilai matematikanya saja.
"Misalnya ketika nilai musik atau pelajaran seninya lebih bagus, itu artinya anak cerdas dibidang seni atau musik. Atau ketika nilai olahraganya lebih bagus, itu artinya anak cerdas dibidang olahraga. Orang tua harus lebih mengarahkan anak ke bidang itu, seperti misalnya menjadi atlet atau pemain musik atau penyanyi," jelas Romi.
0 Response to "Tes IQ Tak Bisa Jadi Patokan Kecerdasan Anak"
Post a Comment