Untuk membantu anak, orang tua sering kali turut terlibat dalam proses belajar dan mengajar sang buah hati. Menurut psikolog anak Anna Surti Ariani, terlepas dari kebijakan sekolah, orang tua berkewajiban menyusun manajemen belajar yang baik untuk anaknya. Manajemen belajar ini mesti dikembangkan berdasarkan karakteristik anak. Satu cara yang bagus bagi seorang anak belum tentu cocok untuk anak lain.
Anna melihat memang ada anak yang belajar sesaat menjelang ulangan dan berhasil menyerap semua materi. Di samping itu, ada juga anak yang agak lambat mencerna. “Mereka butuh diajarkan setiap malam untuk memudahkannya menguasai materi pelajaran.”
Saat mendampingi anak belajar, orang tua dapat menanyakan kembali materi yang telah diberikan guru di sekolah. Kalau memang sudah dicicil, tidak ada gunanya lagi sistem kebut semalam. “Jika kita merasa anak sudah bisa, tidak perlu lagi belajar saat malam menjelang ujian,” kata Anna.
Sistem kebut semalam cenderung riskan untuk diterapkan. Terlalu banyak bahan yang mesti anak pahami dalam sekian jam. Bisa jadi yang dibaca tidak sempat terserap sempurna olehnya. Anak paling hanya sampai pada level mampu mengingat, bukan paham atau mengerti.
Selain itu, sistem kebut semalam juga membuat anak cepat lelah. Ia akan kewalahan melahap materi yang akan diujikan. Belajar hingga larut malam membuat anak susah tidur dan paginya jadi susah bangun. “Di sekolah ia bakal me ngantuk dan hilang konsentrasi belajarnya,” ucap Anna mengilustrasikan.
Memaksa anak belajar juga dapat meningkatkan ketegangan anak. Anak menjadi stres karenanya. Orang tua pun ikut gampang gusar. Ketegangan membuat keduanya menjadi gampang marah. Ketika anak ataupun orang tua mulai terasa tegang, kegiatan belajar sebaiknya dihentikan. Pemaksaan hanya akan membuat anak makin sulit menyerap pelajaran. Saat emosi sudah kembali tenang, otak akan berfungsi dengan baik. Artikel ini diambil dari laman Republika.com
Anna melihat memang ada anak yang belajar sesaat menjelang ulangan dan berhasil menyerap semua materi. Di samping itu, ada juga anak yang agak lambat mencerna. “Mereka butuh diajarkan setiap malam untuk memudahkannya menguasai materi pelajaran.”
Saat mendampingi anak belajar, orang tua dapat menanyakan kembali materi yang telah diberikan guru di sekolah. Kalau memang sudah dicicil, tidak ada gunanya lagi sistem kebut semalam. “Jika kita merasa anak sudah bisa, tidak perlu lagi belajar saat malam menjelang ujian,” kata Anna.
Sistem kebut semalam cenderung riskan untuk diterapkan. Terlalu banyak bahan yang mesti anak pahami dalam sekian jam. Bisa jadi yang dibaca tidak sempat terserap sempurna olehnya. Anak paling hanya sampai pada level mampu mengingat, bukan paham atau mengerti.
Selain itu, sistem kebut semalam juga membuat anak cepat lelah. Ia akan kewalahan melahap materi yang akan diujikan. Belajar hingga larut malam membuat anak susah tidur dan paginya jadi susah bangun. “Di sekolah ia bakal me ngantuk dan hilang konsentrasi belajarnya,” ucap Anna mengilustrasikan.
Memaksa anak belajar juga dapat meningkatkan ketegangan anak. Anak menjadi stres karenanya. Orang tua pun ikut gampang gusar. Ketegangan membuat keduanya menjadi gampang marah. Ketika anak ataupun orang tua mulai terasa tegang, kegiatan belajar sebaiknya dihentikan. Pemaksaan hanya akan membuat anak makin sulit menyerap pelajaran. Saat emosi sudah kembali tenang, otak akan berfungsi dengan baik. Artikel ini diambil dari laman Republika.com
0 Response to "Memahami Psikologi Anak dalam Proses Belajar "
Post a Comment