Seperti baru kemarin saya merasakan menjadi mahasiswa baru di Universitas Brawijaya Malang. Dengan susah payah, mulai dari ujian SNMPTN hingga berakhir di meja sidang skripsi pada penghujung 2013 ini.
Awalnya, saya berpikir bahwa saya adalah orang yang paling cerdas karena berhasil mengalahkan ribuan pendaftar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit ini.
Awalnya, saya berpikir bahwa saya adalah orang yang paling cerdas karena berhasil mengalahkan ribuan pendaftar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit ini.
Hal ini telah membuat saya menjadi orang yang sombong. Tak jarang saya meremehkan teman-teman yang tidak berhasil lolos seleksi. Namun, kesombongan itu membuat saya lupa bahwa roda kehidupan tidak selamanya di atas. Ketika gagal meraih gelar sarjana dalam kurun waktu 4 tahun sesuai target, rasa malu, sesal, dan kecewa terus hadir pikiran saya. Ditambah sindiran sinis dari teman-teman yang dulu saya remehkan.
Dari situlah, saya mencoba untuk bangkit, terus berusaha, dan bertekad agar 2013 ini harus menjadi tahun terakhir untuk menyandang status mahasiswa dan pejuang skripsi. Akhirnya perjuangan saya pun selesai ketika dosen penguji dan pembimbing mengatakan,"Selamat Anda lulus ujian dan tidak mengulang."
Fase ini membuat saya semakin sadar bahwa hidup terus berjalan. Ada hal yang harus ditinggalkan untuk mengejar mimpi di depan. Satu hal yang saya sadari kini, bahwa saya memang bukanlah orang cerdas namun, saya hanyalah orang yang beruntung. Beruntung karena telah menyadari kesalahan dan menjadikannya pelajaran hidup yang sangat berharga. Bukankah orang beruntung mengalahkan orang yang cerdas sekalipun?
Terima kasih 2013 atas segala pelajaran, kenangan, dan rajutan mimpi untuk tahun-tahun berikutnya kelak.
Penulis
Eviera Paramita Sandi (@evieraaa)
Malang, evieraparamxxx@gmail.com
Sumber, Liputan6.com
0 Response to "Motivasi Meninggalkan Status Mahasiswa"
Post a Comment