Mewujudkan lingkungan kota dan negara yang nyaman memang memerlukan keberanian membuat aturan dan bertindak.
Membuat rules (aturan) yang kontroversial dan awalnya dirasakan memberatkan masyarakat menjadi hal yang sangat berat bagi Singapura untuk menata kotanya. Hal itu juga dianggap akan mengubah banyak hal.
Awalnya tak enak membuat masyarakat pindah dari asalnya dan membuat mereka menghuni rusun (rumah susun). Mereka juga membayar untuk pelanggaran misalnya membuang sampah atau pelanggaran lain,” kata Mah Bow Tan, mantan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, pada diskusi panel soal Sustainable Tourism di KTT APEC 2013. Hadir juga pada diskusi panel itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.
Menurutnya, pemimpin seperti Lee Kuan Yew menegaskan bahwa kota yang nyaman bagi masyarakatnya adalah kota yang aman, bersih, ada keleluasaan untuk bergerak, punya space, terhubung dengan lingkungan lain atau pihak lain dan punya tata kelola yang baik. Lee butuh 10 tahun untuk mengubah tata kota di Singapura.
Enam hal itu jadi panduan bagi pembangunan Singapura sejak tahun 1950. “Kita butuh perubahan besar agar sesuatu yang baik terjadi,” kata Mah Bow Tan.
Sehingga tak heran, kini Singapura dengan keterbatasan wilayahnya, mampu menjadi kota yang sangat nyaman untuk dihuni. “Sampai kini Lee senior meski sudah sangat berumur, masih saja sering melakukan tanam pohon,“ kata Tan.
Mari Pangestu juga mendukung hal ini dan mengatakan bahwa Indonesia perlu belajar dari Singapura untuk menata kota Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia.
Membuat rules (aturan) yang kontroversial dan awalnya dirasakan memberatkan masyarakat menjadi hal yang sangat berat bagi Singapura untuk menata kotanya. Hal itu juga dianggap akan mengubah banyak hal.
Awalnya tak enak membuat masyarakat pindah dari asalnya dan membuat mereka menghuni rusun (rumah susun). Mereka juga membayar untuk pelanggaran misalnya membuang sampah atau pelanggaran lain,” kata Mah Bow Tan, mantan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, pada diskusi panel soal Sustainable Tourism di KTT APEC 2013. Hadir juga pada diskusi panel itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.
Menurutnya, pemimpin seperti Lee Kuan Yew menegaskan bahwa kota yang nyaman bagi masyarakatnya adalah kota yang aman, bersih, ada keleluasaan untuk bergerak, punya space, terhubung dengan lingkungan lain atau pihak lain dan punya tata kelola yang baik. Lee butuh 10 tahun untuk mengubah tata kota di Singapura.
Enam hal itu jadi panduan bagi pembangunan Singapura sejak tahun 1950. “Kita butuh perubahan besar agar sesuatu yang baik terjadi,” kata Mah Bow Tan.
Sehingga tak heran, kini Singapura dengan keterbatasan wilayahnya, mampu menjadi kota yang sangat nyaman untuk dihuni. “Sampai kini Lee senior meski sudah sangat berumur, masih saja sering melakukan tanam pohon,“ kata Tan.
Mari Pangestu juga mendukung hal ini dan mengatakan bahwa Indonesia perlu belajar dari Singapura untuk menata kota Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia.
Referensi : inilah.com
0 Response to "Belajar dari Singapura Kembangkan Wisata Kota"
Post a Comment