Rektor UIN Syarief Hidayatullah Komaruddin Hidayat menilai wajar jika partai yang berbasis agama menjadi semakin surut. Hal tersebut, menurut Komaruddin, terjadi karena partai yang menggunakan simbol agama itu gagal melahirkan negarawan yang berkualitas.
"Kalau partai-partai menggunakan simbol agama tetapi tidak berhasil melahirkan negarawan dan tidak menunjukkan prestasinya, ya wajar saja kalau partai keagamaan semakin surut. Di sisi lain, partai nasionalis juga memiliki sayap agamais," kata Komaruddin di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, seusai mengikuti diskusi dengan KPK terkait korupsi politik.
Diskusi tersebut membahas penyebab kegagalan era reformasi demokrasi dalam melahirkan pemimpin yang berkualitas, padahal berbiaya mahal. Komaruddin juga bertanya-tanya mengapa Indonesia yang masyarakatnya religius justru tidak mengalamai penurunan tingkat dalam hal korupsi.
"Sementara itu, di negara sekuler, korupsinya berhasil ditekan," sambungnya.
Menurut Komaruddin, fenomena ini terjadi di Indonesia karena nilai agama belum dijadikan kekuatan utama dalam memberantas tindak pidana korupsi. "Bahwa yang bertugas memberantas korupsi adalah lembaga hukum, ya KPK, polisi, jaksa agung, agama, itu hanya sebagai kekuatan moral, bukan lembaga yang berwenang memberantas korupsi. Paling-paling hanya memberikan dorongan," ungkapnya.
KPK menggelar diskusi dengan sejumlah tokoh mengenai korupsi politik. Diskusi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh KPK.
Sumber : kompas.com
"Kalau partai-partai menggunakan simbol agama tetapi tidak berhasil melahirkan negarawan dan tidak menunjukkan prestasinya, ya wajar saja kalau partai keagamaan semakin surut. Di sisi lain, partai nasionalis juga memiliki sayap agamais," kata Komaruddin di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, seusai mengikuti diskusi dengan KPK terkait korupsi politik.
Diskusi tersebut membahas penyebab kegagalan era reformasi demokrasi dalam melahirkan pemimpin yang berkualitas, padahal berbiaya mahal. Komaruddin juga bertanya-tanya mengapa Indonesia yang masyarakatnya religius justru tidak mengalamai penurunan tingkat dalam hal korupsi.
"Sementara itu, di negara sekuler, korupsinya berhasil ditekan," sambungnya.
Menurut Komaruddin, fenomena ini terjadi di Indonesia karena nilai agama belum dijadikan kekuatan utama dalam memberantas tindak pidana korupsi. "Bahwa yang bertugas memberantas korupsi adalah lembaga hukum, ya KPK, polisi, jaksa agung, agama, itu hanya sebagai kekuatan moral, bukan lembaga yang berwenang memberantas korupsi. Paling-paling hanya memberikan dorongan," ungkapnya.
KPK menggelar diskusi dengan sejumlah tokoh mengenai korupsi politik. Diskusi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh KPK.
Sumber : kompas.com
0 Response to "Warga Indonesia Religius, Tetapi Tingkat Korupsi Tidak Turun"
Post a Comment