Otak Abu-abu Para Seniman

Beberapa saat yang lalu, di media sosial sempat banyak orang mencoba lebih mengenal diri mereka: apakah yang dominan dalam kepala mereka adalah otak kiri atau otak kanan? Tanpa tes yang dilakukan di internet, seorang teman mengajarkan kepada Kopling bahwa untuk mengetahui otak sebelah mana yang lebih dominan, cukup dengan cara melipat tangan seperti posisi berdoa dengan spontan. Yang ibu jari kirinya di atas ibu jari kanan saat melakukannya, berarti otak kirinya lebih dominan, dan sebaliknya. Entahlah, cara ini memang akurat atau nggak.

Konsep otak kiri dan kanan ini dikembangkan oleh sebuah riset pada tahun 1960 oleh Roger W. Sperry dari Amerika Serikat. Menurutnya, orang yang otak kanannya lebih dominan itu lebih visual, dan mereka memproses informasi yang masuk ke dalam kepalanya dengan cara yang intuitif. Sementara, orang yang otak kirinya lebih dominan biasanya lebih analitis dan mereka lebih dapat menyambung-nyambungkan potongan informasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Sperry mendapat hadiah Nobel pada tahun 1981 karena teorinya ini.

moleskin-sketchbook2b-598x441Banyak yang bilang, para seniman biasanya mempunyai otak kanan yang lebih kuat, karena memang orang dengan otak kanan yang kuat itu cenderung lebih kreatif. Ada juga orang yang mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi seniman karena bakat turunan, atau bawaan dari lahir, jadi sulit buat orang yang nggak terlahir di dunia seni untuk bisa menjadi seorang seniman.

Namun, sebuah artikel yang dipublikasikan pada akhir bulan Maret 2014 di jurnal “NeuroImage” membeberkan sebuah fakta baru. Artikel yang berjudul panjang “Drawing on the right side of the brain: A voxel-based morphometry analysis of observational drawing” ini mengatakan bahwa menjadi seorang seniman itu bukan cuma permasalahan otak kiri, otak kanan, dan bakat. Hasil temuan menyatakan terdapat peningkatan materi syaraf yang berhubungan dengan persepsi visual, navigasi spasial, dan kemampuan motoris. Jadi, ada peningkatan materi abu-abu dan putih di kedua bagian otak, baik kiri dan kanan, di otaknya para seniman.


Jurnal “NeuroImage” ini juga pernah memuat sebuah riset kecil yang melibatkan 21 mahasiswa sekolah seni dari Camberwell College of Art dan The Royal College of Art di London, serta 23 orang non-seniman. Di risetnya, otak para peserta di-scan dan mereka juga diminta untuk mengerjakan tes gambar. Dari hasil scan otak, ternyata para mahasiswa sekolah seni, yang tentunya hasil gambarnya lebih bagus, mempunyai materi abu-abu (grey matter) yang lebih besar di bagian otak yang disebut precuneus, sebuah wilayah otak yang berperan untuk berbagai jenis fungsi pergerakan manusia, tapi paling utama yang berhubungan dengan kreativitas, seperti penggambaran visual, atau kemampuan memanipulasi, mengkombinasikan, dan mendekonstruksi gambar visual di otak. Penelitian lain yang melibatkan para musisi dan non-musisi juga menyatakan kalau para musisi memiliki materi abu-abu yang lebih besar di bagian otak bernama Heschl’s gyrus, sebuah bagian di otak yang memberikan respon terhadap suara.

Jadi, kreativitas bukan hanya permasalahan otak kiri dan otak kanan, karena materi abu-abu ini berada di kedua bagian otak, walaupun masih nggak jelas apa yang membuat materi abu-abu ini membesar di bagian-bagian tertentu di otak para seniman. Meskipun begitu, para peneliti berpendapat bahwa materi abu-abu ini membesar bukan hanya karena bawaan dari lahir, tapi juga karena didorong oleh lingkungan sekitar. Salah satu penulis The Independent, James Vincent, mengatakan bahwa kemampuan artistik dan kreativitas seseorang itu bisa dilatih.

Jangan pernah merasa kurang kalau kamu bukan berasal dari keluarga seniman. Terlahir dari keluarga seniman memang menjadi nilai tambah, tapi untuk menjadi seniman baik seseorang harus rajin melatih otak dan mengubah cara berpikir.

Sumber : kopikeliling.com

0 Response to "Otak Abu-abu Para Seniman"

Post a Comment