Percaya gak kalo otakmu ternyata sering membuat kekeliruan dalam berpikir? Pikiran kita sering menciptakan prasangka berdasarkan pengalaman yang lampau, yang bisa jadi irasional. Nah, prasangka ini bisa membuatmu keliru mengambil keputusan. Parahnya lagi, kita gak selalu bisa menyadarinya.
Kamu bisa mencegah ini terjadi di masa depan dengan menjadi lebih “sadar” atau mindful tentang bagaimana otakmu bekerja. Nah, inilah 7 kekeliruan yang bisa kamu cegah lewat menjadi lebih sadar !, seperti dikutip dari laman hipwee.com yaitu :
1. Kita Melakukan Banyak Hal yang Tidak Mau Kita Lakukan, Hanya Karena Sudah Terlanjur
Pernahkah kamu terpaksa duduk menonton film jelek di bioskop gara-gara udah membayar mahal tiketnya? Banyak orang yang mengalaminya kok. Alih-alih beranjak keluar dan menikmati hal lain yang kita suka, kita memilih untuk tetap duduk dan menonton karena gak mau duit tiket kita mubazir.
Kita cenderung memilih meminimalkan kerugian alih-alih memaksimalkan kesempatan. Padahal kalo saat itu kamu keluar saja dari gedung bioskop, kamu bisa menikmati pengalaman lain yang lebih seru daripada duduk diam sambil kesal sendiri.
Saat menemui situasi seperti itu, gak perlu ragu. Tanyakan pada dirimu: apa sih yang paling membuatmu nyaman sekarang? Visualkan keadaan itu dan bertindaklah sesuai visualisasi tersebut. Dengan begitu, kamu secara alami akan mengejar kesempatan daripada bilang, “Ya udahlah, sayang…”
2. Kamu sok tahu dalam memprediksi sesuatu
Bayangkan kamu melemparkan sebuah koin yang kemungkinan keluar sisi angka atau gambar adalah setara 50-50. Lalu, sisi angka sudah 5 kali keluar berturut-turut. Pada lemparan berikutnya, sisi mana yang keluar? Kamu berpikir, pasti setelah ini sisi gambar yang keluar.
Salah! Mau keluar 5 kali, 10 kali, atau 100 kali berturut-turut, kemungkinan yang dimiliki kedua sisi koin tetap sama. Meskipun kamu mengetahui fakta ini, kamu tetap memiliki tendensi irasional dalam menentukan hasil di masa mendatang berdasarkan hasil di masa lalu. Inilah yang bisa membuat seseorang salah mengambil keputusan.
Sebelum mengambil keputusan berdasarkan prasangka yang irasional, coba berhenti sejenak lalu tarik napas dalam-dalam. Mengambil napas panjang bakal menciptakan jeda yang bisa menciptakan kelapangan berpikir dan membuatmu kembali berpikir jernih.
3. Kamu meyakinkan diri sendiri bahwa keputusanmu itu baik, padahal sebenarnya kamu tahu kamu berbohong.
Suatu hari, kamu membeli sepatu yang sebenarnya gak kamu perlukan. Kamu pun berusaha menghibur diri dengan bilang “Ah, nanti juga perlu kok!” Padahal kamu sendiri tahu bahwa sepatumu yang lama juga masih sangat-sangat bagus.
Ketika kamu memaksa diri percaya pada sesuatu yang sebenarnya berlawanan dengan kenyataan, kamu akan mengalami yang disebut disonansi kognitif. Disonansi kognitif bisa membuatmu lebih rentan stres, lho.
Disonansi kognitif bisa diatasi dengan menyadari kecenderunganmu untuk mencari dalih terhadap keputusan yang buruk. Ketika kamu sudah menyadari kecenderunganmu ini, kamu bisa menerima secara sadar bahwa kamu terkadang memang ceroboh. Ini akan mencegahmu membuat-buat alasan yang tak perlu. Kamu pun jadi bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu.
4. Kita cenderung hanya percaya apa yang ingin kita percaya.
Pernah gak kamu iseng mencoba diramal pakai kartu Tarot? Pernah merasa apa yang diungkapkan kartu Tarot itu benar? Hmm…padahal belum tentu kenyataannya seperti itu lho. Bisa jadi kamu merasa bahwa ramalan itu benar hanya karena kamu menginginkan ramalan itu benar.
Ini disebut dengan bias konfirmasi. Kita semua tertarik dengan gagasan dan informasi yang mempertegas keyakinan kita. Sayangnya, kalau tidak menyadari ini kita bisa terjebak menjadi orang yang berpikiran sempit. “Apa yang kuyakini itu benar, kok!” Padahal ya belum tentu begitu.
Untuk mencegah bias konfirmasi ini, kita harus lebih memandang segalanya dengan objektif. Jika sesuatu bertentangan dengan keyakinan kita, kita tidak boleh langsung menolaknya. Kita harus cukup sadar untuk menerima pemahaman lain yang sama-sama valid, bahkan meski kita sendiri gak setuju dengan pemahaman itu.
Sadarilah kecenderungan kita untuk bias. Ini memang gak mudah dilakukan, tapi penting buat menumbuhkan cara pikir dan kreativitasmu.
5. Kita sering menghubungkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada hubungannya
Bayangkan kamu punya seorang teman yang lulusan perguruan tinggi ternama dan dia berhasil sukses dalam karirnya. Lalu, menurutmu apa yang menjadi faktor penentu kesuksesannya? Apakah karena dia adalah lulusan universitas ternama? Belum tentu.
Masalahnya adalah kita seringkali menghubungkan kesuksesan pada faktor yang keliru dan secara keliru mengharapkan hasil yang sama terjadi pada kita. Seperti pada ilustrasi di atas, bisa saja dia sukses karena dari sananya dia cerdas dan pekerja keras. Jika kita masuk ke perguruan tinggi yang sama, belum tentu kita juga meraih kesuksesan yang sama.
Untuk mengantisipasi pemikiran seperti ini, cobalah untuk tidak menilai sesuatu dari tampak luarnya saja. Sadari kekeliruan penangkapan makna seperi ini dan pengaruhnya terhadap perilakumu di masa depan.
6. Kita mudah percaya pada informasi pertama yang disodorkan pada kita
Saat kamu sedang jalan-jalan di mal, tiba-tiba ada spanduk besar dengan tulisan: “Diskon 50% khusus hari ini!” Kamu yang tadinya gak berniat belanja pun jadi membeli kaos seharga 100 ribu dari harga semula 200 ribu.
Mumpung murah? Hm, gimana kalo harga kaos itu sebenarnya cuma 50 ribu, apa masih merasa murah? Kamu baru saja terkena efek jangkar (anchoring effect).
Efek jangkar adalah suatu bias kognitif yang membuatmu bergantung pada secuil informasi pertama yang kamu terima. Kamu jadi gagal berpikir lebih dalam hanya karena begitu saja percaya pada informasi pertama tersebut.
Cobalah atasi ini dengan menjadi lebih sadar akan nyatanya efek jangkar. Sadarilah tendensi pemikiran bahwa kamu akan terpengaruh oleh informasi pertama yang kamu lihat. Perhatikan dari mana nukilan informasi itu berasal. Kamu pun jadi lebih gak mudah untuk terprovokasi.
7. Kebanyakan pilihan membuatmu malas berpikir. Kamu bilang “terserah!”, padahal itu keputusan gegabah.
Kamu mungkin pernah mengalami ini: pengen beli sepatu, tapi karena begitu banyak pilihan akhirnya malah keluar dengan tangan hampa. Itulah paradoks pilihan (paradox of choice). Ketika kita punya banyak pilihan, kita justru kewalahan dan pulang tanpa memilih sama sekali. Di lain waktu, kita asal memilih biar sekadar cepat selesai. Dengan informasi yang gak terkendali, masalah ini makin menjadi.
Solusinya? Persempit pilihan kamu. Singkirkan pilihan-pilihan yang gak relevan sebelum kamu jadi kewalahan. Sebagian besar pilihan sebenarnya hanyalah iklan promosi yang gak relevan buat kamu. Dengan berfokus sama tujuan utamamu, kamu bakal punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal yang penting buatmu. Kamu pun bisa mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya gak begitu penting.
Lalu, apa itu mindfulness?
Mindfulness adalah keadaan di mana kita memiliki kesadaran penuh terhadap momen yang terjadi pada saat dan di tempat kamu berada. Pikiranmu gak melayang ke mana-mana dan kamu mampu melakukan observasi diri yang memberi jarak antara persepsi dan respon. Ini memungkinkan pikiran untuk menerima realitas yang sesungguhnya.
Keadaan ini didapat lewat latihan meditasi. Dengan napas sebagai jangkarnya, telaahlah pola pikirmu pada saat sekarang dan hanya sekarang. Kamu pun bisa menggenggam kesadaranmu dan menghalau pikiran irasional ketika ingin mengambil suatu keputusan.
Tanpa sadar, otakmu selama ini sering “membodohi” dirimu. Tapi, kini kamu tahu ‘kan gimana cara mengatasinya?
Kamu bisa mencegah ini terjadi di masa depan dengan menjadi lebih “sadar” atau mindful tentang bagaimana otakmu bekerja. Nah, inilah 7 kekeliruan yang bisa kamu cegah lewat menjadi lebih sadar !, seperti dikutip dari laman hipwee.com yaitu :
1. Kita Melakukan Banyak Hal yang Tidak Mau Kita Lakukan, Hanya Karena Sudah Terlanjur
Pernahkah kamu terpaksa duduk menonton film jelek di bioskop gara-gara udah membayar mahal tiketnya? Banyak orang yang mengalaminya kok. Alih-alih beranjak keluar dan menikmati hal lain yang kita suka, kita memilih untuk tetap duduk dan menonton karena gak mau duit tiket kita mubazir.
Kita cenderung memilih meminimalkan kerugian alih-alih memaksimalkan kesempatan. Padahal kalo saat itu kamu keluar saja dari gedung bioskop, kamu bisa menikmati pengalaman lain yang lebih seru daripada duduk diam sambil kesal sendiri.
Saat menemui situasi seperti itu, gak perlu ragu. Tanyakan pada dirimu: apa sih yang paling membuatmu nyaman sekarang? Visualkan keadaan itu dan bertindaklah sesuai visualisasi tersebut. Dengan begitu, kamu secara alami akan mengejar kesempatan daripada bilang, “Ya udahlah, sayang…”
2. Kamu sok tahu dalam memprediksi sesuatu
Bayangkan kamu melemparkan sebuah koin yang kemungkinan keluar sisi angka atau gambar adalah setara 50-50. Lalu, sisi angka sudah 5 kali keluar berturut-turut. Pada lemparan berikutnya, sisi mana yang keluar? Kamu berpikir, pasti setelah ini sisi gambar yang keluar.
Salah! Mau keluar 5 kali, 10 kali, atau 100 kali berturut-turut, kemungkinan yang dimiliki kedua sisi koin tetap sama. Meskipun kamu mengetahui fakta ini, kamu tetap memiliki tendensi irasional dalam menentukan hasil di masa mendatang berdasarkan hasil di masa lalu. Inilah yang bisa membuat seseorang salah mengambil keputusan.
Sebelum mengambil keputusan berdasarkan prasangka yang irasional, coba berhenti sejenak lalu tarik napas dalam-dalam. Mengambil napas panjang bakal menciptakan jeda yang bisa menciptakan kelapangan berpikir dan membuatmu kembali berpikir jernih.
3. Kamu meyakinkan diri sendiri bahwa keputusanmu itu baik, padahal sebenarnya kamu tahu kamu berbohong.
Suatu hari, kamu membeli sepatu yang sebenarnya gak kamu perlukan. Kamu pun berusaha menghibur diri dengan bilang “Ah, nanti juga perlu kok!” Padahal kamu sendiri tahu bahwa sepatumu yang lama juga masih sangat-sangat bagus.
Ketika kamu memaksa diri percaya pada sesuatu yang sebenarnya berlawanan dengan kenyataan, kamu akan mengalami yang disebut disonansi kognitif. Disonansi kognitif bisa membuatmu lebih rentan stres, lho.
Disonansi kognitif bisa diatasi dengan menyadari kecenderunganmu untuk mencari dalih terhadap keputusan yang buruk. Ketika kamu sudah menyadari kecenderunganmu ini, kamu bisa menerima secara sadar bahwa kamu terkadang memang ceroboh. Ini akan mencegahmu membuat-buat alasan yang tak perlu. Kamu pun jadi bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu.
4. Kita cenderung hanya percaya apa yang ingin kita percaya.
Pernah gak kamu iseng mencoba diramal pakai kartu Tarot? Pernah merasa apa yang diungkapkan kartu Tarot itu benar? Hmm…padahal belum tentu kenyataannya seperti itu lho. Bisa jadi kamu merasa bahwa ramalan itu benar hanya karena kamu menginginkan ramalan itu benar.
Ini disebut dengan bias konfirmasi. Kita semua tertarik dengan gagasan dan informasi yang mempertegas keyakinan kita. Sayangnya, kalau tidak menyadari ini kita bisa terjebak menjadi orang yang berpikiran sempit. “Apa yang kuyakini itu benar, kok!” Padahal ya belum tentu begitu.
Untuk mencegah bias konfirmasi ini, kita harus lebih memandang segalanya dengan objektif. Jika sesuatu bertentangan dengan keyakinan kita, kita tidak boleh langsung menolaknya. Kita harus cukup sadar untuk menerima pemahaman lain yang sama-sama valid, bahkan meski kita sendiri gak setuju dengan pemahaman itu.
Sadarilah kecenderungan kita untuk bias. Ini memang gak mudah dilakukan, tapi penting buat menumbuhkan cara pikir dan kreativitasmu.
5. Kita sering menghubungkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada hubungannya
Bayangkan kamu punya seorang teman yang lulusan perguruan tinggi ternama dan dia berhasil sukses dalam karirnya. Lalu, menurutmu apa yang menjadi faktor penentu kesuksesannya? Apakah karena dia adalah lulusan universitas ternama? Belum tentu.
Masalahnya adalah kita seringkali menghubungkan kesuksesan pada faktor yang keliru dan secara keliru mengharapkan hasil yang sama terjadi pada kita. Seperti pada ilustrasi di atas, bisa saja dia sukses karena dari sananya dia cerdas dan pekerja keras. Jika kita masuk ke perguruan tinggi yang sama, belum tentu kita juga meraih kesuksesan yang sama.
Untuk mengantisipasi pemikiran seperti ini, cobalah untuk tidak menilai sesuatu dari tampak luarnya saja. Sadari kekeliruan penangkapan makna seperi ini dan pengaruhnya terhadap perilakumu di masa depan.
6. Kita mudah percaya pada informasi pertama yang disodorkan pada kita
Saat kamu sedang jalan-jalan di mal, tiba-tiba ada spanduk besar dengan tulisan: “Diskon 50% khusus hari ini!” Kamu yang tadinya gak berniat belanja pun jadi membeli kaos seharga 100 ribu dari harga semula 200 ribu.
Mumpung murah? Hm, gimana kalo harga kaos itu sebenarnya cuma 50 ribu, apa masih merasa murah? Kamu baru saja terkena efek jangkar (anchoring effect).
Efek jangkar adalah suatu bias kognitif yang membuatmu bergantung pada secuil informasi pertama yang kamu terima. Kamu jadi gagal berpikir lebih dalam hanya karena begitu saja percaya pada informasi pertama tersebut.
Cobalah atasi ini dengan menjadi lebih sadar akan nyatanya efek jangkar. Sadarilah tendensi pemikiran bahwa kamu akan terpengaruh oleh informasi pertama yang kamu lihat. Perhatikan dari mana nukilan informasi itu berasal. Kamu pun jadi lebih gak mudah untuk terprovokasi.
7. Kebanyakan pilihan membuatmu malas berpikir. Kamu bilang “terserah!”, padahal itu keputusan gegabah.
Kamu mungkin pernah mengalami ini: pengen beli sepatu, tapi karena begitu banyak pilihan akhirnya malah keluar dengan tangan hampa. Itulah paradoks pilihan (paradox of choice). Ketika kita punya banyak pilihan, kita justru kewalahan dan pulang tanpa memilih sama sekali. Di lain waktu, kita asal memilih biar sekadar cepat selesai. Dengan informasi yang gak terkendali, masalah ini makin menjadi.
Solusinya? Persempit pilihan kamu. Singkirkan pilihan-pilihan yang gak relevan sebelum kamu jadi kewalahan. Sebagian besar pilihan sebenarnya hanyalah iklan promosi yang gak relevan buat kamu. Dengan berfokus sama tujuan utamamu, kamu bakal punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal yang penting buatmu. Kamu pun bisa mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya gak begitu penting.
Lalu, apa itu mindfulness?
Mindfulness adalah keadaan di mana kita memiliki kesadaran penuh terhadap momen yang terjadi pada saat dan di tempat kamu berada. Pikiranmu gak melayang ke mana-mana dan kamu mampu melakukan observasi diri yang memberi jarak antara persepsi dan respon. Ini memungkinkan pikiran untuk menerima realitas yang sesungguhnya.
Keadaan ini didapat lewat latihan meditasi. Dengan napas sebagai jangkarnya, telaahlah pola pikirmu pada saat sekarang dan hanya sekarang. Kamu pun bisa menggenggam kesadaranmu dan menghalau pikiran irasional ketika ingin mengambil suatu keputusan.
Tanpa sadar, otakmu selama ini sering “membodohi” dirimu. Tapi, kini kamu tahu ‘kan gimana cara mengatasinya?
iya... otak kita memang jenius yah... makasi infonya mimin
ReplyDeletekizeh.blogspot.com
yang punya blog ini pasti otaknya kea nomor 6..
ReplyDelete