Hubungan Antara Puasa Dan Kecerdasan Otak

Puasa dan Kecerdasan Otak

Toh rasa lapar tidak akan membunuh. Banyak orang miskin di luar sana yang tidak makan semala berhari-hari dan mereka masih bisa hidup, bukan? Dengan shaum kita melakukan revitalisasi otak. Otak menjadi lebih aktif berpikir. 
 

Sobat, Bulan Ramadhan akan selalu datang. Nah, Alhamdulillah kita yang diberi kesempatan menemui bulan mulia tersebut terkadang menjadi tipe manusia yang berbeda dalam menyikapinya. Pertama: tipe orang yang bergembira dan antusias menyambutnya. mereka merindukannya sepertinya merindukan kekasih yang sudah lama terpisah. Mereka ingin segera menemuinya. Inilah gambaran para salafusshaleh dan orang beriman dalam menyambut bulan Ramadhan. (Semoga kita termasuk didalamnya)

"Inilah janji Rasulullah saw bahwa TIDAK DATANG kepada kaum muslimin suatu bulan yang LEBIH BAIK bagi mereka dari bulan Ramadhan, dan tidak datang kepada orang munafiq suatu bulan yg LEBIH BURUK bagi mereka selain bulan Ramadhan. Yang demikian itu karena kaum muslimin menyiapkan TENAGA dan SEMANGAT untuk beribadah, sedangkan yang dipersiapkan oleh orang munafiq adalah KESENANGAN mereka akan kelalaian orang lain dan mencari-cari aib mereka." (HR.Ahmad)

Tipe kedua adalah orang yang bersedih dan gusar menyambut bulan Ramadhan. Ketika mendekati bulan Ramadhan ini mereka merasa akan kehilangan kebebasan mereka untuk melakukan keinginan hawa nafsu mereka. inilah gambaran orang-orang fasiq dan munafik dalam menyambut ramadhan.

Lantas, bagaimana hubungan puasa (shaum) dengan kecerdasan otak, seperti tulisan judul diatas?

Begini, salah satu ciri orang yang melaksanakan shaum dengan benar adalah memiliki pikiran atau kemampuan mengelola dirinya menjadi lebih jernih dan terarah. Shaum bagaikan kemudi sebuah kapal yang memiliki jangkar positif di sebelah kanan dan jangkar negatif di sebelah kiri.

Ibadah yang sifatnya regular dan frekuensinya dipertahankan akan menimbulkan keseimbangan baru dalam hormon yang pada gilirannya nanti akan melahirkan cinta.

Nah, kalau kita sudah dapat melakukan ibadah dengan niat lillahi taala, maka rasa cinta kepada Allah pun akan tumbuh. Saat shaum, terbentuklah perilaku baru dan anggapan bahwa ini merupakan proses yang menyenangkan.

Tubuh pun kemudian akan mengeluarkan hormon oksitosin yang disebut juga sebagai hormon cinta yang paling tinggi. Kalau shaum dilaksanakan dengan benar, maka kita akan berada pada kondisi gembira, tiada beban, dan tenang karena tubuh dipenuhi zat kimia cinta.

Apakah berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak. Ketika shaum sudah dapat melahirkan cinta, Allah melalui Rasulnya menguji kita dengan perintah sedekah.

Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata : "Rasulullah saw adalah orang yang paling PEMURAH, dan lebih pemurah lagi dalam bulan Ramadhan.... Sungguh Rasulullah saw sangat lebih pemurah dibandingkan ANGIN yang bertiup." [HR Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban]


Di sini akan terlihat apakah cinta yang kita dapatkan selama menjalankan shaum dapat benar-benar teraplikasikan untuk menolong sesama atau tidak. Kalau kita masih pelit untuk bersedekah, maka hal tersebut menjadi kontradiksi dengan cinta yang didapatkan selama shaum karena ciri cinta yang hakiki adalah keinginan yang sangat kuat untuk berbagi.

Konsep kecerdasan yang lahir dari shaum yang benar adalah perubahan hormonal dan perilaku (lebih rasional). Ya, shaum mengajak kita untuk berpikir rasional. Ketika rasa lapar datang, otak kita akan diajak berpikir bahwa meski rasa lapar tubuh akan baik-baik saja.

Toh rasa lapar tidak akan membunuh. Banyak orang miskin di luar sana yang tidak makan semala berhari-hari dan mereka masih bisa hidup, bukan? Dengan shaum kita melakukan revitalisasi otak. Otak menjadi lebih aktif berpikir.

Jadi, shaum dapat meningkatkan kecerdasan integratif (yang merupakan gabungan dari kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, dan kecerdasan emosional). Takwa adalah nama lain kecerdasan integratif karena ia tidak hanya berupa taklid tapi juga beriman secara sistematis mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Selain itu, orang yang bertakwa akan cukup cerdas dalam memaknai yang dijalaninya dalam kehidupan ini.

Happy Ramadhan, Selamat menunaikan Ibadah Shaum. Perbanyak ilmu dan amal demi tujuan predikat Taqwa dari Allah swt. Amiin

1 Response to "Hubungan Antara Puasa Dan Kecerdasan Otak"