Aneurisma otak adalah penyakit yang mematikan. Anda akan memiliki
tonjolan dalam otak, biasanya akan menggantung pada pembuluh darah, bisa
di mana saja, namun umumnya pada arteri di dasar otak. Lama kelamaan
tonjolan itu dapat pecah dan menyebabkan Anda mengalami pendarahan. Bila
tak segera ditangani, penyakit ini dapat merenggut nyawa Anda.
Deskripsi
Seperti dilansir Mayo Clinic, aneurisma otak merupakan penyakit yang menyerang otak yang ditandai dengan adanya tonjolan menyerupai balon dalam pembuluh darah yang ada dalam otak. Lama kelamaan, tonjolan tersebut dapat bocor dan kemudian pecah, namun bisa juga tidak pecah. Tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Apabila tonjolan tersebut bocor dan pecah, hal itu akan menyebabkan terjadinya pendarahan dalam otak (stroke hemoragik). Hal ini paling sering terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Memang pendarahan tersebut tidak berlangsung lama, mungkin hanya beberapa detik saja.
Namun, hal itu dapat merusak dan membunuh sel-sel pada otak. Selain itu, tekanan di dalam tengkorak juga ikut meningkat. Bila tekanan menjadi terlalu tinggi, sirkulasi darah dan suplai oksigen menuju otak akan terganggu dan dapat membuat Anda menjadi tidak sadarkan diri dan bahkan dapat merenggut nyawa.
Namun, jika penyakit aneurisma belum dalam tahapan parah, tonjolan yang terbentuk mungkin saja tidak pecah. Meski begitu, Anda tetap akan mengalami gejala-gejala dari penyakit ini dan dapat mengembangkan masalah lain yang menyerang kesehatan Anda. Jika tonjolan sudah pecah, Anda harus segera memberikan pengobatan. Sebab, bila dibiarkan begitu saja, hal itu akan menimbulkan komplikasi, seperti:
1. Pengulangan pendarahan
Meskipun tonjolan sudah pecah dan menyebabkan pendarahan, hal itu bukan berarti Anda tidak akan mengalaminya lagi. Anda mungkin akan mengalami pendarahan kembali setelah itu. Pendarahan yang berulang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sel-sel otak.
2. Vasospasme
Bila tonjolan akibat penyakit aneurisma otak telah pecah, pembuluh darah yang ada dalam otak Anda dapat memyempit dengan tidak teratur (vasospasme). Hal ini dapat mengganggu aliran darah menuju ke sel-sel otak (stroke iskemik) dan menyebabkan kerusakan dan hilangnya sel pada otak.
3. Hidrosefalus
Umumnya, pendarahan akibat penyakit ini akan terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang mengelilinginya. Hal ini akan menutupi saluran sirkulasi cairan serebrospinal pada otak. Akibatnya, cairan tersebut tidak dapat dialirkan dengan normal dan akhirnya tertimbun dalam otak. Tekanan pada otak akan meningkat dan jaringan yang berada di sekitarnya akan rusak. Inilah yang kemudian menyebabkan hidrosefalus.
4. Hiponatremia
Pendarahan yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mengganggu keseimbangan kadar natrium yang ada dalam aliran darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh rusaknya hipotalamus, daerah dekat dasar otak. Kadar natrium tersebut akan menurun (hiponatremia) dan dapat menyebabkan sel-sel otak membengkak dan kemudian rusak permanen.
Oleh karena itu, bila Anda mengalami penyakit ini, baik masih pada tahap awal atau sudah parah, Anda harus melakukan pengobatan secepat mungkin karena penyakit ini sangat mengancam jiwa.
Gejala
Bila penyakit ini sudah parah, tonjolan yang terbentuk di dalam otak akan bocor dan kemudian dapat pecah. Namun, bila penyakit ini masih tergolong ringan, ukuran tonjolan yang terbentuk biasanya masih kecil dan mungkin tidak pecah. Gejala yang ditimbulkan pun juga berbeda-beda tergantung pada kondisi tonjolan yang ada dalam otak Anda, apakah tonjolan tersebut tidak pecah, bocor, atau bahkan sudah pecah. Berikut penjelasannya:
1. Aneurisma tidak pecah
Bila tonjolan yang terbentuk masih berukuran kecil, Anda mungkin tidak akan merasakan gejala apapun. Namun, lama kelamaan tonjolan tersebut akan membesar dan dapat menekan jaringan dan saraf pada otak dan barulah Anda akan merasakan beberapa tanda dan gejala seperti:
Dinding arteri yang ada dalam otak dapat menipis. Hal itu dianggap sebagai penyebab dari penyakit aneurisma pada otak. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat melemahkan dinding arteri sekaligus meningkatkan risiko dari penyakit ini, yakni:
Apabila Anda mengalami beberapa tanda dan gejala seperti di atas, kemungkinan besar Anda mengalami penyakit aneurisma. Namun, lebih baik Anda memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah ada tonjolan dalam otak Anda. Bila ada, ceklah kondisi dari tonjolan tersebut. Bila sudah pecah, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memeriksa apakah Anda telah mengalami pendarahan. Namun, bila tonjolan tersebut belum pecah, Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan yang sama.
Beberapa jenis pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter untuk para penderita dari penyakit ini, yakni:
1. Tes pencitraan
Biasanya dokter akan melakukan dua jenis tes pencitraan yaitu dengan menggunakan computerized tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI). CT scan adalah jenis pemeriksaan yang menggunakan sinar bertegangan tinggi, yaitu sinar X. Jenis pemeriksaan ini dapat menghasilkan gambar irisan dari otak Anda dalam bentuk dua dimensi.
Selain itu, dokter juga dapat melihat apakah Anda mengalami pendarahan di otak. Dokter mungkin akan memberikan suntikan pewarna dari pembuluh darah Anda untuk dapat mengamati aliran darah di otak dengan lebih mudah sekaligus dapat menunjukkan lokasi tonjolan yang pecah.
Sedangkan, untuk MRI, dokter akan menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang dapat menciptakan gambar yang lebih jelas dan lebih detil daripada CT scan, yaitu tersedia dalam bentuk dua dimensi atau bahkan tiga dimensi. Pada pemeriksaan MRI, dokter juga dapat menyuntikkan pewarna pada pembuluh darah Anda di mana hal itu dapat meningkatkan kejelasan dari pemeriksaan dan dapat menunjukkan lokasi dari tonjolan yang pecah.
2. Angiogram serebral atau arteriogram serebral
Pertama-tama, dokter akan menyisipkan tabung fleksibel (kateter) tipis ke dalam pembuluh arteri besar Anda, biasanya terdapat di pangkal paha. Kemudian, benang dari kateter tersebut akan melewati organ hati dan mencapai pembuluh arteri yang terdapat di otak Anda. Kemudian, dokter akan menyuntikkan cairan khusus ke dalam kateter di mana cairan tersebut akan menyebar dari pembuluh arteri di otak hingga ke seluruh bagian dari otak Anda.
Pada pemeriksaan ini, dokter juga akan menggunakan sinar-X untuk menciptakan gambar otak Anda. Dari situlah, dokter dapat melihat kondisi dari pembuluh arteri di otak Anda sekaligus dapat mengetahui letak dari tonjolan yang pecah. Jenis pemeriksaan ini dianggap lebih invasif dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lainnya. Namun, Anda tetap harus melakukan tes diagnostik lainnya untuk melengkapi informasi.
3. Tes cairan serebrospinal
Jika Anda telah mengalami pendarahan akibat penyakit ini, cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan tulang belakang sangat mungkin mengandung sel darah merah. Dokter akan melakukan jenis pemeriksaan ini jika CT scan tidak menunjukkan bukti pendarahan. Dokter akan mengambil sampel dari cairan serebrospinal dari punggung Anda dengan menggunakan jarum. Prosedur ini biasanya disebut dengan istilah spinal tap atau pungsi lumbal.
Setelah melakukan pemeriksaan dan hasil yang didapatkan adalah positif mengalami penyakit aneurisma otak, dokter pasti akan merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini memang harus diobati dengan cepat. Sebab, bila tidak, nyawa Anda yang menjadi taruhannya. Umumnya, penyakit ini diobati dengan cara melakukan operasi. Ada dua jenis operasi yang biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit ini, yaitu:
1. Kliping bedah
Dokter akan mengambil bagian tengkorak kepala Anda terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dokter dapat menempatkan pembuluh darah buatan pada kepala Anda di mana hal ini dapat menutup aneurisma.
Selain itu, dokter juga akan menempatkan klip logam berukuran kecil pada leher aneurisma guna menghentikan aliran darah ke dalamnya. Setelah prosedur ini selesai dilakukan, tengkorak kepala Anda akan dikembalikan seperti semula.
2. Endovaskular melingkar
Bila dibandingkan dengan jenis yang pertama, prosedur ini dianggap kurang invasif. Pada prosedur ini, dokter akan memasukkan tabung plastik berongga (kateter) ke dalam arteri yang biasanya terdapat di pangkal paha.
Kemudian, dokter akan menggunakan kawat panduan untuk mendorong kawat lunak platinum melalui kateter dan diarahkan menuju ke aneurisma. Kumparan kawat di dalam aneurisma akan menganggu aliran darah dan menyebabkan darah menggumpal.
Kedua jenis prosedur pembedahan di atas dapat menimbulkan risiko, terutama pendarahan di otak atau hilangnya aliran darah ke otak. Prosedur endovaskular melingkar lebih berisiko daripada prosedur kliping bedah. Sebab, hal itu dapat menyebabkan penderitanya mengalami pendarahan berulang.
Kedua jenis pembedahan tersebut akan direkomendasikan oleh dokter apabila tonjolan dalam otak Anda sudah berukuran besar. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang akan dipertimbangkan oleh dokter sebelum merujuk Anda untuk melakukan prosedur pembedahan.
Anda juga dapat melakukan beberapa jenis pengobatan lain yang mungkin lebih aman untuk dilakukan, seperti:
1. Mengonsumsi obat pereda nyeri
Obat acetaminophen (Tylenol, dan lain-lain) dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit pada kepala yang menjadi gejala utama dari penyakit ini.
Mengkonsumsi obat yang dapat mencegah kalsium memasuki dinding sel pembuluh darah. Salah satunya adalah nimodipin yang telah terbukti dapat mengurangi risiko cedera pada otak yang diakibatkan oleh kurangnya suplai darah ke otak akibat terjadi pendarahan. Obat itu juga dapat mengurangi risiko dari vasospasme.
Mengkonsumsi obat anti-kejang
Obat-obat ini termasuk levetiracetam (Keppra), phenytoin (Dilantin, Phenytek, lainnya) dan asam valproik (Depakene). Jenis obat tersebut dapat mengobati kejang yang mungkin timbul akibat penyakit aneurisma otak.
2. Memberikan suntikan obat intravena
Jenis obat yang digunakan adalah vasopressor. Obat ini dapat meningkatkan tekanan darah di mana hal ini dapat mengatasi resistensi penyempitan pembuluh darah.
3. Melakukan prosedur angioplasty
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke akibat otak tidak mendapatkan suplai darah yang cukup. Dalam prosedur ini, dokter menggunakan kateter yang dapat membuka pembuluh darah pada otak yang mengalami penyempitan. Selain itu, kateter ini juga digunakan untuk memberikan obat yang disebut vasodilator ke otak. Obat ini bisa melebarkan pembuluh darah.
4. Terapi rehabilitasi
Para penderita dari penyakit ini pasti akan mengalami kerusakan pada otak. Oleh karena itu, mereka membutuhkan terapi rehabilitasi, seperti terapi okupasi yang dapat memulihkan keterampilan belajar mereka.
Namun, jika penyakit aneurisma yang Anda alami belum terlalu parah, biasanya tonjolan yang terbentuk belum pecah dan tidak menyebabkan pendarahan. Menjaga tekanan darah adalah salah satu kunci utama agar tonjolan Anda tidak pecah. Selain itu, Anda juga harus merubah gaya hidup Anda yang mungkin dapat memperburuk penyakit aneurisma yang Anda alami. Anda harus melakukan hal-hal berikut ini:
Deskripsi
Seperti dilansir Mayo Clinic, aneurisma otak merupakan penyakit yang menyerang otak yang ditandai dengan adanya tonjolan menyerupai balon dalam pembuluh darah yang ada dalam otak. Lama kelamaan, tonjolan tersebut dapat bocor dan kemudian pecah, namun bisa juga tidak pecah. Tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Apabila tonjolan tersebut bocor dan pecah, hal itu akan menyebabkan terjadinya pendarahan dalam otak (stroke hemoragik). Hal ini paling sering terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Memang pendarahan tersebut tidak berlangsung lama, mungkin hanya beberapa detik saja.
Namun, hal itu dapat merusak dan membunuh sel-sel pada otak. Selain itu, tekanan di dalam tengkorak juga ikut meningkat. Bila tekanan menjadi terlalu tinggi, sirkulasi darah dan suplai oksigen menuju otak akan terganggu dan dapat membuat Anda menjadi tidak sadarkan diri dan bahkan dapat merenggut nyawa.
Namun, jika penyakit aneurisma belum dalam tahapan parah, tonjolan yang terbentuk mungkin saja tidak pecah. Meski begitu, Anda tetap akan mengalami gejala-gejala dari penyakit ini dan dapat mengembangkan masalah lain yang menyerang kesehatan Anda. Jika tonjolan sudah pecah, Anda harus segera memberikan pengobatan. Sebab, bila dibiarkan begitu saja, hal itu akan menimbulkan komplikasi, seperti:
1. Pengulangan pendarahan
Meskipun tonjolan sudah pecah dan menyebabkan pendarahan, hal itu bukan berarti Anda tidak akan mengalaminya lagi. Anda mungkin akan mengalami pendarahan kembali setelah itu. Pendarahan yang berulang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sel-sel otak.
2. Vasospasme
Bila tonjolan akibat penyakit aneurisma otak telah pecah, pembuluh darah yang ada dalam otak Anda dapat memyempit dengan tidak teratur (vasospasme). Hal ini dapat mengganggu aliran darah menuju ke sel-sel otak (stroke iskemik) dan menyebabkan kerusakan dan hilangnya sel pada otak.
3. Hidrosefalus
Umumnya, pendarahan akibat penyakit ini akan terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang mengelilinginya. Hal ini akan menutupi saluran sirkulasi cairan serebrospinal pada otak. Akibatnya, cairan tersebut tidak dapat dialirkan dengan normal dan akhirnya tertimbun dalam otak. Tekanan pada otak akan meningkat dan jaringan yang berada di sekitarnya akan rusak. Inilah yang kemudian menyebabkan hidrosefalus.
4. Hiponatremia
Pendarahan yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mengganggu keseimbangan kadar natrium yang ada dalam aliran darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh rusaknya hipotalamus, daerah dekat dasar otak. Kadar natrium tersebut akan menurun (hiponatremia) dan dapat menyebabkan sel-sel otak membengkak dan kemudian rusak permanen.
Oleh karena itu, bila Anda mengalami penyakit ini, baik masih pada tahap awal atau sudah parah, Anda harus melakukan pengobatan secepat mungkin karena penyakit ini sangat mengancam jiwa.
Gejala
Bila penyakit ini sudah parah, tonjolan yang terbentuk di dalam otak akan bocor dan kemudian dapat pecah. Namun, bila penyakit ini masih tergolong ringan, ukuran tonjolan yang terbentuk biasanya masih kecil dan mungkin tidak pecah. Gejala yang ditimbulkan pun juga berbeda-beda tergantung pada kondisi tonjolan yang ada dalam otak Anda, apakah tonjolan tersebut tidak pecah, bocor, atau bahkan sudah pecah. Berikut penjelasannya:
1. Aneurisma tidak pecah
Bila tonjolan yang terbentuk masih berukuran kecil, Anda mungkin tidak akan merasakan gejala apapun. Namun, lama kelamaan tonjolan tersebut akan membesar dan dapat menekan jaringan dan saraf pada otak dan barulah Anda akan merasakan beberapa tanda dan gejala seperti:
- 1. Kelopak mata terasa berat
- 2. Bagian atas dan belakang mata terasa nyeri
- 3. Ukuran pupil melebar
- 4. Penglihatan ganda
- 5. Salah satu sisi wajah mati rasa, seperti lumpuh
- 1. Mual dan muntah
- 2. Leher terasa kaku
- 3. Kelopak mata terasa berat
- 4. Penglihatan kabur atau ganda
- 5. Sensitif terhadap cahaya
- 6. Kesadaran hilang dan menjadi bingung
Dinding arteri yang ada dalam otak dapat menipis. Hal itu dianggap sebagai penyebab dari penyakit aneurisma pada otak. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat melemahkan dinding arteri sekaligus meningkatkan risiko dari penyakit ini, yakni:
- 1. Riwayat keluarga dengan aneurisma otak dan gangguan jaringan ikat, seperti sindrom Ehlers-Danlos, di mana keduanya dapat melemahkan pembuluh darah
- 2. Penuaan
- 3. Kebiasaan merokok
- Kebiasaan menggunakan narkoba, khususnya kokain
- 4. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar
- 5. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- 6. Cedera pada kepala
- 7. Infeksi darah tertentu
- 8. Rendahnya kadar estrogen akibat menopause
- 9. Mengalami pengerasar arteri (arteriosclerosis)
Apabila Anda mengalami beberapa tanda dan gejala seperti di atas, kemungkinan besar Anda mengalami penyakit aneurisma. Namun, lebih baik Anda memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah ada tonjolan dalam otak Anda. Bila ada, ceklah kondisi dari tonjolan tersebut. Bila sudah pecah, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memeriksa apakah Anda telah mengalami pendarahan. Namun, bila tonjolan tersebut belum pecah, Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan yang sama.
Beberapa jenis pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter untuk para penderita dari penyakit ini, yakni:
1. Tes pencitraan
Biasanya dokter akan melakukan dua jenis tes pencitraan yaitu dengan menggunakan computerized tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI). CT scan adalah jenis pemeriksaan yang menggunakan sinar bertegangan tinggi, yaitu sinar X. Jenis pemeriksaan ini dapat menghasilkan gambar irisan dari otak Anda dalam bentuk dua dimensi.
Selain itu, dokter juga dapat melihat apakah Anda mengalami pendarahan di otak. Dokter mungkin akan memberikan suntikan pewarna dari pembuluh darah Anda untuk dapat mengamati aliran darah di otak dengan lebih mudah sekaligus dapat menunjukkan lokasi tonjolan yang pecah.
Sedangkan, untuk MRI, dokter akan menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang dapat menciptakan gambar yang lebih jelas dan lebih detil daripada CT scan, yaitu tersedia dalam bentuk dua dimensi atau bahkan tiga dimensi. Pada pemeriksaan MRI, dokter juga dapat menyuntikkan pewarna pada pembuluh darah Anda di mana hal itu dapat meningkatkan kejelasan dari pemeriksaan dan dapat menunjukkan lokasi dari tonjolan yang pecah.
2. Angiogram serebral atau arteriogram serebral
Pertama-tama, dokter akan menyisipkan tabung fleksibel (kateter) tipis ke dalam pembuluh arteri besar Anda, biasanya terdapat di pangkal paha. Kemudian, benang dari kateter tersebut akan melewati organ hati dan mencapai pembuluh arteri yang terdapat di otak Anda. Kemudian, dokter akan menyuntikkan cairan khusus ke dalam kateter di mana cairan tersebut akan menyebar dari pembuluh arteri di otak hingga ke seluruh bagian dari otak Anda.
Pada pemeriksaan ini, dokter juga akan menggunakan sinar-X untuk menciptakan gambar otak Anda. Dari situlah, dokter dapat melihat kondisi dari pembuluh arteri di otak Anda sekaligus dapat mengetahui letak dari tonjolan yang pecah. Jenis pemeriksaan ini dianggap lebih invasif dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lainnya. Namun, Anda tetap harus melakukan tes diagnostik lainnya untuk melengkapi informasi.
3. Tes cairan serebrospinal
Jika Anda telah mengalami pendarahan akibat penyakit ini, cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan tulang belakang sangat mungkin mengandung sel darah merah. Dokter akan melakukan jenis pemeriksaan ini jika CT scan tidak menunjukkan bukti pendarahan. Dokter akan mengambil sampel dari cairan serebrospinal dari punggung Anda dengan menggunakan jarum. Prosedur ini biasanya disebut dengan istilah spinal tap atau pungsi lumbal.
Setelah melakukan pemeriksaan dan hasil yang didapatkan adalah positif mengalami penyakit aneurisma otak, dokter pasti akan merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini memang harus diobati dengan cepat. Sebab, bila tidak, nyawa Anda yang menjadi taruhannya. Umumnya, penyakit ini diobati dengan cara melakukan operasi. Ada dua jenis operasi yang biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit ini, yaitu:
1. Kliping bedah
Dokter akan mengambil bagian tengkorak kepala Anda terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dokter dapat menempatkan pembuluh darah buatan pada kepala Anda di mana hal ini dapat menutup aneurisma.
Selain itu, dokter juga akan menempatkan klip logam berukuran kecil pada leher aneurisma guna menghentikan aliran darah ke dalamnya. Setelah prosedur ini selesai dilakukan, tengkorak kepala Anda akan dikembalikan seperti semula.
2. Endovaskular melingkar
Bila dibandingkan dengan jenis yang pertama, prosedur ini dianggap kurang invasif. Pada prosedur ini, dokter akan memasukkan tabung plastik berongga (kateter) ke dalam arteri yang biasanya terdapat di pangkal paha.
Kemudian, dokter akan menggunakan kawat panduan untuk mendorong kawat lunak platinum melalui kateter dan diarahkan menuju ke aneurisma. Kumparan kawat di dalam aneurisma akan menganggu aliran darah dan menyebabkan darah menggumpal.
Kedua jenis prosedur pembedahan di atas dapat menimbulkan risiko, terutama pendarahan di otak atau hilangnya aliran darah ke otak. Prosedur endovaskular melingkar lebih berisiko daripada prosedur kliping bedah. Sebab, hal itu dapat menyebabkan penderitanya mengalami pendarahan berulang.
Kedua jenis pembedahan tersebut akan direkomendasikan oleh dokter apabila tonjolan dalam otak Anda sudah berukuran besar. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang akan dipertimbangkan oleh dokter sebelum merujuk Anda untuk melakukan prosedur pembedahan.
Anda juga dapat melakukan beberapa jenis pengobatan lain yang mungkin lebih aman untuk dilakukan, seperti:
1. Mengonsumsi obat pereda nyeri
Obat acetaminophen (Tylenol, dan lain-lain) dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit pada kepala yang menjadi gejala utama dari penyakit ini.
Mengkonsumsi obat yang dapat mencegah kalsium memasuki dinding sel pembuluh darah. Salah satunya adalah nimodipin yang telah terbukti dapat mengurangi risiko cedera pada otak yang diakibatkan oleh kurangnya suplai darah ke otak akibat terjadi pendarahan. Obat itu juga dapat mengurangi risiko dari vasospasme.
Mengkonsumsi obat anti-kejang
Obat-obat ini termasuk levetiracetam (Keppra), phenytoin (Dilantin, Phenytek, lainnya) dan asam valproik (Depakene). Jenis obat tersebut dapat mengobati kejang yang mungkin timbul akibat penyakit aneurisma otak.
2. Memberikan suntikan obat intravena
Jenis obat yang digunakan adalah vasopressor. Obat ini dapat meningkatkan tekanan darah di mana hal ini dapat mengatasi resistensi penyempitan pembuluh darah.
3. Melakukan prosedur angioplasty
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke akibat otak tidak mendapatkan suplai darah yang cukup. Dalam prosedur ini, dokter menggunakan kateter yang dapat membuka pembuluh darah pada otak yang mengalami penyempitan. Selain itu, kateter ini juga digunakan untuk memberikan obat yang disebut vasodilator ke otak. Obat ini bisa melebarkan pembuluh darah.
4. Terapi rehabilitasi
Para penderita dari penyakit ini pasti akan mengalami kerusakan pada otak. Oleh karena itu, mereka membutuhkan terapi rehabilitasi, seperti terapi okupasi yang dapat memulihkan keterampilan belajar mereka.
Namun, jika penyakit aneurisma yang Anda alami belum terlalu parah, biasanya tonjolan yang terbentuk belum pecah dan tidak menyebabkan pendarahan. Menjaga tekanan darah adalah salah satu kunci utama agar tonjolan Anda tidak pecah. Selain itu, Anda juga harus merubah gaya hidup Anda yang mungkin dapat memperburuk penyakit aneurisma yang Anda alami. Anda harus melakukan hal-hal berikut ini:
- 1. Tidak merokok atau menggunakan narkoba
- 2. Membatasi kafein: Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak.
- 3. Mengonsumsi makanan yang sehat dan berolahraga: Pola makan yang sehat dan rutin berolahraga dapat membantu Anda untuk menurunkan tekanan darah. Namun, jangan melakukan jenis olahraga yang terlalu berat, seperti mengangkat barbel. Sebab, hal itu dapat menegangkan otot dan meningkatkan tekanan darah Anda.
- 4. Menghindari pekerjaan berat: Jangan melakukan aktivitas berat. Sebab, ketika Anda melakukan pekerjaan yang berat, tanpa sadar otot Anda akan tegang dan hal itu dapat meningkatkan tekanan darah Anda.
- 5. Menghindari aspirin: Aspirin dan beberapa obat lain dapat menghambat pembekuan darah. Berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu sebelum Anda mengkonsumsi obat-obatan.
0 Response to "Aneurisma Otak, Tonjolan pada Pembuluh Darah di Otak"
Post a Comment