Hal itu diungkapkan dokter ahli syaraf Muhammad Akbar dalam diskusi 'Mencari Pemimpin Negara yang Sehat Fisik, Mental, Spiritual dan Sosial' di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Jalan Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/3). "Perubahan yang terjadi di otak bisa memperngaruhi sikap kita. Kesehatan sosial yang kita maksud dengan kesehatan otak," ucapnya.
Setidaknya, Akbar mengungkapkan, ada dua cara untuk mengetahui kondisi spiritual dan sosial seseorang. Salah satu caranya pemeriksaan dengan metode executive brain assassment.
"Pemerikasaan executive brain assassment bisa memeriksa kepemimpinan seseorang, ini biasa kita tawaran ke eksekutif-eksekutif," ucap Akbar.
Executive brain assesment bisa mengetahui cara seseorang belajar, apakah lebih baik belajar dengan cara mendengarkan atau membaca? Selain itu, metode tersebut juga bakal membantu pemeriksa untuk mengetahui keseimbangan otak kiri-kanan seseorang.
Tes juga bisa menunjukkan preferensi seseorang, visoner atau tidak. Hasilnya, bakal memberitahu pemeriksa cara seseorang mengambil keputusan. "Pemimpin kita kalau mengambil keputusan dari lebih keperasaan atau strategik?" imbuhnya.
Adapun kualitas spiritual, bisa dicek melalui metode Indonesia spiritual health assessment. "Bisa ketahuan, orang bagus sembahyangnya, tapi implementasinya enggak ada," katanya.
Walaupun dengan cara ini dapat diketahui keadaan spiritual dan sosial calon presiden, Komisi Pemilihan Umum (KPU) ogah jika diminta untuk mengungkapkan hasil tes calon pemimpin kepada publik. "Ini ranah privat. Tidak bisa kita unggapkan. Nanti orang merasa ditelanjangi," kata Komisioner KPU, Arief Budiman dilansir dari situs Metrotvnesw.com.
terima kasih informasinya.
ReplyDeletewww.kiostiket.com