Menggunakan beragam video atau dengan flash card untuk mengajari balita, mungkin bukanlah ide terbaik. Berbicara perkataan sederhana kepada bayi merupakan kunci krusial untuk membentuk kecakapan berbahasa dan pembendaharaan kata. Lebih bagus jika perkataan yang diucapkan dengan cepat, begitu juga dengan kalimat yang panjang.
Demikian saran penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan dan membantu memecahkan masalah 'kesenjangan kata'. Peneliti menemukan anak-anak dari keluarga makmur dan profesional, mendengar jutaan perbendaharaan kata lebih banyak sebelum mulai bersekolah bila dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kurang mampu, sehingga menempatkan anak dari keluarga kurang mampu pada kelemahan akademik yang sulit untuk diatasi.
Kesenjangan itu mulai timbul pada usia yang lebih muda dari perkiraan ilmuwan semula, sekitar 18 bulan, kata profesor psikologi Anne Fernald, dari Stanford University.
Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains menyarankan, tidak hanya mendengar sebanyak mungkin kosa kata, bahasa yang berbeda dengan tata bahasa yang baik dapat melatih bayi belajar melalui kontek.
Jangan hanya mengatakan, "Ini jeruk." Lebih bagus jika diucapkan, "Ayo kita letakkan jeruk di dalam mangkok bersama pisang, apel dan anggur." "Ini membuat jaringan arti yang nantinya akan membantu anak belajar kata-kata baru," jelas Anne.
"Saran yang saya berikan kepada para ibu, berbicaralah kepada bayi Anda," tambah Erika Hoff, seorang profesor psikolog di Florida Atlantic University. "Anak-anak dapat mendengar banyak pembicaraan yang melintas di kepala mereka, dan mereka tetap memperoleh manfaatnya."
Kesenjangan Perolehan Kosa Kata
Penelitian ini muncul di tengah-tengah dorongan pengembangan paud (pendidikan anak usia dini) universal, yang membantu anak-anak kurang beruntung untuk mengejar ketinggalannya. Namun, ia juga meninggalkan pertanyaan apakah anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan minim pendidikan membutuhkan campur tangan lebih awal.
Sebagaimana halnya paud diawali anak-anak berusia 3-4 tahun, atau pengasuhan yang berkualitas lebih baik, bahkan melalui kampanye "mari bicara" yang bertujuan agar para orangtua mau menekankan berbicara, menyanyi dan membaca dengan balitanya, meskipun mereka belum mampu meresponnya. Hal ini dapat menyulitkan para orangtua yang bekerja ganda, atau yang tidak mampu membaca dengan baik atau yang benar-benar tidak mengetahui mengapa hal tersebut penting.
Para ilmuwan telah lama mengetahui, sebelum anak mulai bersekolah di TK, anak dari golongan menengah atau keluarga makmur mendengar jutaan lebih banyak kosa kata dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang mampu yang memiliki peluang lebih sedikit untuk berhasil secara akademis.
Anne mengatakan, melalui beberapa pengujian, anak usia 5 tahun dari keluarga kurang mampu dapat ketinggalan dua tahun di belakang bila dibandingkan dengan anak usia sebaya lain dalam tes pengembangan bahasa.
Pemindai otak mendukung keterkaitan tersebut, kata Dr. Kimberly Noble dari Pusat Medis University of Columbia. Berdasarkan temuannya, pengalaman di usia dini membentuk koneksi yang membentuk otak anak, dan anak dari latar belakang sosial-ekonomi lebih tinggi mencurahkan lebih banyak "properti saraf" pada wilayah otak yang terlibat dalam pengembangan bahasa.
Kualitas Bahasa
Seberapa awal kesenjangan kosa kata timbul? Sekitar usia 18 bulan, demikian temuan Anne ketika membandingkan bagaimana secara mental anak-anak memproses bahasa yang mereka dengar. Dalam studinya, tingkat kemahiran yang dicapai anak dari keluarga kurang mampu pada usia 2 tahun, jauh tertinggal selama 6 bulan dibanding dengan anak dari keluarga berkecukupan.
Untuk memahami mengapa proses bahasa begitu penting, mari kita membahas kalimat ini: "Ada kucing di atas bangku." Jika anak mengerti kata "kucing" dan otaknya mengenal dengan cukup cepat, kemudian dia dapat menggambarkan apa yang dimaksud "bangku" dari konteks kalimat tersebut. Namun jika dia terlambat mengenal "kucing", kemudian kata "bangku" hilang sebelum dia memiliki sebuah kesempatan untuk mempelajarinya.
Berikutnya, Anne menyematkan perekam pada baju balita dari keluarga Spanyol yang berpenghasilan rendah untuk mengetahui apa yang mereka dengar dalam keseharian. Peneliti menemukan perbedaan yang luar biasa dalam apa yang disebut pembicaraan pengarahan anak. Itulah ketika anak diarahkan secara langsung, berbeda dengan televisi atau percakapan yang mereka dengar.
Anne menemukan seorang anak yang mendengar lebih dari 12.000 kata pengarahan anak dalam sehari, sedangkan yang lainnya hanya mendengar 670 kata. Anak yang menerima banyak kata pengarahan-anak memproses bahasa lebih efisien dan mempelajari kosa kata lebih cepat.
Namun bukan hanya kuantitas pembicaraan yang berpengaruh, tetapi kualitas, kata Erika Hoff. Dia mempelajari keluarga yang memiliki dua bahasa dan menemukan bahwa apapun bahasanya, anak-anak mendapatkan yang lebih baik jika belajar langsung dari seorang native speaker (pembicara asli). Dengan kata lain, jika ibu dan ayah berbicara Spanyol namun tidak mahir dalam berbahasa Inggris, lebih baik bagi anak untuk memiliki sebuah landasan bahasa Spanyol di rumah dahulu, kemudian mereka belajar bahasa Inggris saat di sekolah.
Selanjutnya, ilmuwan menguji apakah program yang mengajarkan orangtua cara yang lebih baik untuk berbicara pada bayinya benar-benar ada gunanya. Anne mengatakan hasil awal dari salah satu program (sebuah program Habla Conmigo, Spanish or Talk With Me, yang melibatkan keluarga berpenghasilan rendah, para ibu berbahasa Spanyol di San Jose, California) adalah menjanjikan.
Anne menganalisa 32 keluarga pertama yang akan dia masukkan dalam 120 program. Para ibu yang menjalani delapan minggu pelatihan berbicara lebih banyak kepada bayinya, dan menggunakan bahasa yang berkualitas, daripada sekelompok yang hanya diasuh oleh orangtuanya. Menginjak ulang tahun kedua, si anak memiliki perbendaharaan kata yang lebih besar dan proses bahasa yang lebih cepat, tuturnya.
Referensi : Erabaru.net
0 Response to "Sering Ajak Bicara Bayi Bantu Perkembangan Otaknya"
Post a Comment