Jangankan anak kecil, kita saja yang telah dewasa pasti kesal ketika dibanding-bandingkan oleh orang lain. Karena, hal tersebut menciptakan penilaian pada diri sendiri, bahwa Anda tidak cukup baik dan kurang mampu. Kesal? Pastinya!
Jangan langsung menghakimi buah hati saat tugas mewarnainya tidak mendapatkan nilai yang cemerlang, atau ketika meraih juara ketiga di lomba lari kala perayaan 17 agustus di sekolah.
Mungkin sebagai orangtua, Anda menganggap dengan membandingkan si kecil dengan temannya atau saudaranya yang lain, akan memompa semangatnya untuk belajar lebih baik. Tetapi bila keseringan, anak malah akan merasa minder dan menganggap dirinya sebagai kegagalan untuk Anda.
Jangan hakimi anak karena tidak memuaskan standar Anda
Ketika si kecil memasuki usia sekolah, dalam dirinya terjadi pergulatan karena harus melakukan penyesuaian. Jika biasanya ia menjadi pusat perhatian orangtua di rumah, maka di sekolah ia harus belajar bersosialisasi dengan teman sebaya lainnya.
Maka dari itu, ketika nilai tengah semester anak tidak terlalu cemerlang, hindari mengucapkan, “Kamu harusnya bisa berusaha lebih keras” dan “Kamu harus belajar berkonsentrasi lebih baik”.
Menurut Amy McCready, pendiri Positive Parenting Solution dan penulis buku laris berjudul If I Have to Tell You One More Time, ucapan orangtua yang mengekspresikan rasa kecewa akan semakin menurunkan motivasi anak. Orangtua seharusnya jangan hanya bisa menyimpulkan dan menilai, tetapi juga harus menjaga komunikasi dengan anak.
Tanyakan pada mereka, apa yang mengganggu konsentrasinya, apakah di sekolah dia diperlakukan dengan baik, atau apakah proses bersosialisasi dengan teman terdapat kendala? Setelah mendengar penjelasan anak, barulah terangkan apa harapan dan keinginan Anda padanya.
Selain itu, jangan pelit pujian ketika anak melakukan hal baik, seperti misalnya mengucapkan terima kasih pada sang supir yang telah setia mengantar dan menjemputnya dari sekolah, atau kemampuannya membantu mama untuk mengurus adik kecil yang seringkali menangis di rumah.
Terus mengingatkan kesalahan anak
Coba ingat-ingat kembali, sudah berapa kali Anda mengatakan, “kamu susah dibilangin” atau “kamu selalu melawan mama”, kepada anak? Dua kalimat tersebut, Anda sadari atau tidak, merupakan label negatif yang sudah Anda berikan pada sang buah hati. Akhirnya, seiring usia, dirinya terlanjur percaya bahwa dirinya adalah seorang pembangkang. Jika ini sampai terjadi, Anda telah gagal sebagai orangtua!
Setiap orang terlahir unik, jangan didik anak sebagai pengikut
Terjadinya persaingan di antara anak yang terlahir dalam keluarga besar, memang tak terlakkan. Kebiasaan orangtua membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya, sudah menjadi “pemandangan” yang lazim di lingkungan sosial.
Jangan terjebak pada kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua di masa lalu, sebagai orangtua muda dan modern, seharusnya Anda tidak menimbulkan rasa iri antar anak-anak sendiri.
Mungkin tujuan Anda agar anak lebih bersemangat, tetapi anggapan ini salah besar. Jika ingin membuat anak termotivasi, maka ucapkanlah kata-kata dukungan yang positif, dan ketahuilah bahwa setiap orang terlahir dengan bakat serta jalan hidup yang tak sama
Sumber : Kompas.com
0 Response to "Jika Sering Dibandingkan, Percaya Diri Anak akan Luruh"
Post a Comment