Sebenarnya banyak orang awam yang kurang begitu memahami apa sih
sebenarnya yang dimaksud dengan IQ. Bukan hanya orang awam, tapi pakar
kesehatan pun juga bahkan cenderung menyalah-artikan defenisi kecerdasan
itu apa.
Orang-orang cenderung menganggap kalo orang dengan IQ tinggi
pasti akan mudah dalam mencerna sesuatu. Padahal itu kurang tepat. Kalo
anda pernah mengikuti test IQ, anda pasti akan tahu anda g pernah
disuruh menjawab soal yang ada hubungannya dengan proses memahami
sesuatu, betul?
Banyakan soal IQ (itupun jika soalnya qualified sebagai
standar test IQ) hanya dibatasi oleh kemampuan otak
menghubung-hubungkan pola-pola dasar yang sudah familiar dengan otak.
Apa mungkin orang-orang di Indonesia masih jarang yang bergelut di
bidang kesehatan otak. Masih jarang terdengar di TV ada pakar-pakar
neuro-science. Banyakan pakar yang ada hanya pakar penyakit jantung atau
pakar penyakit gula.
Taukah anda kalo orang dengan symptom dyslexia juga mengalami
keterbatasan dalam memahami sesuatu. Tapi mereka bukan ber-IQ rendah.
Bahkan ada beberapa kasus orang pengidap dyslexia merupakan orang-orang
yang berbakat dalam matematika. Untuk lebih jelasnya anda bisa membaca
link berikut:
http://www.sciencedaily.com/releases/2009/12/091217150838.htm
http://www.yalescientific.org/2011/04/the-paradox-of-dyslexia-slow-reading-fast-thinking/
http://www.yalescientific.org/2011/04/the-paradox-of-dyslexia-slow-reading-fast-thinking/
Kebetulan saya bukan pengidap dyslexia, maka tulisan bukan saya gunakan
untuk membela diri, tapi semata untuk pencerahan. Saya sendiri cenderung
mendiagnosis diri saya sebagai seorang yang punya memori kerja rendah.
Dan ini diperparah oleh kenyataan bahwa saya bukan orang well-trained
pada bidang tertentu. Mengapa saya katakan saya bukan dyslexia adalah
karena ketika membuat tulisan ini, saya begitu mahirnya dalam mengolah
kosakata yang ada di kepala saya. Seolah tak ada hambatan.
Dan semua
kosakata yang saya gunakan dalam tulisan ini sangat efektif dan efisien.
Kemudian ketika membaca artikel-artikel dalam dialog antar agama, baik
bahasa inggris dan bahasa indonesia saya tidak mengalami kesulitan.
Demikian pula ketika membaca semua artikel di internet mengenai dyslexia
ini saya g pernah membacanya berulang-ulang kali untuk memahaminya.
Saya juga mengerti mana artikel yang menarik di baca, mana bukan.
Inti dari dyslexia itu adalah tidak mampu membaca dan menarik kesimpulan dengan cepat. Walaupun saya tidak ber-IQ tinggi, setidaknya saya tidak berwawasan sempit.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dyslexia
http://en.wikipedia.org/wiki/Learning_disability
http://en.wikipedia.org/wiki/Dyscalculia
0 Response to "Hubungan antara Kecerdasan Otak dan Kecepatan Memahami Sesuatu"
Post a Comment