Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Otak

Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi fungsi otak, antara lain: faktor genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Secara khusus dalam ilmu saraf, dikenal istilah Plastisitas Otak. Plastisitas otak mengacu pada kapasitas dari sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya, sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan. Perubahan tersebut terjadi dalam berbagai tingkatan pada sistem saraf mulai dari peristiwa molekuler, seperti perubahan dalam ekspresi gen, sampai panda tingkatan perilaku.
Tiga bentuk utama dari plastisitas jaringan otak yang dapat dijelaskan sebagai berikut: plastisitas sinaptik, neurogenesis dan fungsional kompensasi.

1). Synaptik plastisitas; ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru, akan terjadi interaksi dan networking baru pada hubungan sel-sel saraf (synapses) di otak. Secara prinsip, sistem atau sirkuit saraf memilik banyak rute yang terbentuk antar sel-sel saraf (neuron). Rute ini terbentuk dalam otak melalui pembelajaran dan praktek. Sel-sel saraf (neuron) berkomunikasi satu sama lain pada titik pertemuan yang disebut (synaps). Setiap kali pengetahuan baru yang diperoleh melalui komunikasi atau transmisi synaptik antara neuron yang terlibat, akan dibarengi pula interaksi neuron dalam berkomunikasi dengan sesama neuron melalui sinyal listrik. Bukti ini, akan menunjukkan plastisitas sinaptik sistem saraf; yang merupakan pilar menakjubkan akan kelenturan otak.




2). Neurogenesis ; merupakan proses kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir telah menemukan, bahwa sel induk yang terletak di dentate gyrus hipokampus dan di korteks pre-frontal, dapat mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel pyramidal dan sel yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrites. Sel-sel saraf yang baru ini akan bermigrasi ke berbagai daerah di dalam otak dimana mereka dibutuhkan untuk merehabilitasi atau menggantikan sel-sel yang rusak atau mati.

(Gambar 3: Regenerasi Sel-sel saraf)
3). Fungsional kompensasi ; pada saat seseorang mengalami penuaan, maka plastisitas otak akan mengalami penurunan. Tetapi, sesuatu yang merupakan keanehan, karena tidak semua orang dewasa yang lebih tua menunjukkan kinerja yang lebih rendah, bahkan beberapa orang mengalami pencapaian kinerja yang lebih baik, bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih muda. Hal ini merupakan keuntungan bagi perkembangan otak tersebut, yang dalam istilah neurosains, disebut fungsional kompensasi.

Dengan fungsional kompensasi ini, sehingga pada saat seseorang mengalami ketuaan dan defisit serta penurunan plastisitas sinaptik yang menyertai penuaan, otak tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.

Kondisi Biologis dan Psikologis Manusia Pada Saat Berpuasa
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi fungsi otak diatas, muncul pertanyaan, bagaimana kondisi biologis, psikologis dan fungsional otak pada saat berpuasa. Berpuasa pada bulan Ramadan bagi kaum Muslimin, secara hakekat bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Tetapi lebih dari itu adalah suatu latihan psikis, mental dan tentu saja fisik biologi.

Secara psikis, orang yang menjalankan puasa tersebut akan semakin memiliki jiwa dan perilaku sehat, dan tentunya menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakekat berpuasa, sehingga kedepan bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Secara biologi, tentunya diharapkan bisa bermanfaat bagi kesehatan. Pelaksanaan puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari subuh hingga terbenamnya mentari di ufuk timur; (dibutuhkkan waktu sekitar 14 jam).

Berarti selama melaksanakan puasa tubuh mengalami proses metabolisme atau makanan didaur ulang dalam sistem pencernaan sekitar 8 jam, dengan perincian 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah wujudnya menjadi sari-sari makanan di usus kecil kemudian diabsorbsi oleh pembuluh darah dan dikirim keseluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam merupakan waktu yang ideal bagi sistem percernaan untuk istirahat.

Selama melaksanakan puasa Ramadan tersebut, menjadi hal yang penting untuk memahami manfaatnya. Apalagi jika dilakukan secara ikhlas dan disertai kepercayaan dan pengetahuan yang memadai tentang manfaat pelaksanaan puasa bagi kesehatan tubuh, khususnya yang berhubungan dengan metabolism, sistem endokrim, dan kesehatan organ yang sangat penting, seperti otak. Baca Selengkapnya 1<< >>3

Referensi

0 Response to "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Otak"

Post a Comment