Dalam mengambil keputusan singkat, biasanya melibatkan reaksi yang terjadi dari sistem limbik, bagian otak yang memengaruhi emosi, perilaku, dan motivasi.
Akan tetapi selama masa remaja, sistem limbik dapat terhubung dan berkomunikasi dengan seluruh otak, yang berbeda dengan yang terjadi setelah dewasa. Menurut penjelasan para peneliti, hal itu membuat banyak remaja rentan terhadap perilaku berisiko tinggi.
"Kita semua telah mengetahui bahwa masa remaja adalah masa perubahan sosial yang mendalam. Ini juga merupakan masa yang mendalam bagi pengambilan risiko, periode waktu ketika pengaruh teman sebaya menjadi lebih penting," kata Kevin LaBar, seorang profesor di Duke Center for Cognitive Neuroscience.
"Ini adalah ketika kita mulai membangun hubungan independen dengan orang dewasa, dan beberapa dari hubungan tersebut akan dipengaruhi oleh bagaimana kita bisa dipercaya oleh orang lain. Hal ini penting dalam hubungan antar teman untuk mengevaluasi siapa yang bisa dan tidak bisa Anda percaya," tambahnya.
LaBar menjelaskan bahwa sampai saat ini, telah dilakukan sejumlah penelitian yang signifi kan tentang bagaimana proses otak dari orang dewasa dalam menilai apakah sesuatu dapat dipercaya atau tidak.
"Namun, masih sedikit studi yang dilakukan untuk melihat kemampuan otak remaja dalam mengevaluasi tingkat kepercayaan," kata LaBar yang juga anggota dari Duke Institute for Brain Sciences ini.
Penelitian pun dilakukan pada remaja perempuan, usia 10-20 tahun. Menurut LaBar, anak laki-laki tidak dimasukkan ke dalam penelitian karena mereka mengalami kematangan pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan anak perempuan.
Penilaian terhadap Wajah
Tim peneliti melakukan penelitian terhadap 43 remaja perempuan dan menunjukkan masing-masing 34 gambar wajah dewasa dengan sangat cepat (50-100 milidetik) sambil merekam reaksi mereka secara langsung dengan menggunakan scanning otak functional MRI (fMRI).
"Setelah ditayangkan secara cepat, gambar segera diacak untuk mencegah gadis-gadis tersebut mengembangkan setiap memori visual pada wajah yang ditampilkan," LaBar kata.
Setelah diperlihatkan setiap gambar tersebut, peserta menilainya sebagai wajah yang sangat tidak dapat dipercaya, tidak dapat dipercaya, dapat dipercaya, atau sangat dapat dipercaya. Scan otak fMRI merekam peningkatan aliran darah dan oksigen di otak untuk setiap gambar. Area peningkatan aktivitas membantu para peneliti dalam mengisolasi daerah otak yang bertanggung jawab untuk memproses informasi sosial dan emosional dari wajah yang ditampilkan.
Eksisting penelitian dari Princeton University tentang bagaimana penilaian kepercayaan orang dewasa, turut membantu tim LaBar dalam menentukan fi tur wajah yang mendorong perasaan ketidakpercayaan pada peserta penelitian.
Menurut penelitian itu, wajah dengan mulut berbalik ke bawah dan alis berkerut adalah yang paling tidak dapat dipercaya. Sebaliknya, wajah dengan mulut berbentuk U dan mata lebar menempati peringkat teratas sebagai yang paling dapat dipercaya.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil fMRI, komponen dari sistem limbik yang dikenal sebagai amigdala (yang mengevaluasi emosi negatif) dan insula (yang berperan dalam pengambilan keputusan) adalah yang paling aktif ketika peserta menilai sosok wajah yang tidak dapat dipercaya.
Di antara segala usia, amigdala bagian kanan menunjukkan aktivitas tingkat tinggi ketika diperlihatkan gambar wajah yang tidak dapat dipercaya. Lokasi lain dalam amigdala dan insula juga menunjukkan peningkatan aktivitas dalam hal ini, yang memuncak di antara para peserta yang berusia 13-15 tahun.
"Respon yang meningkat terhadap sesuatu yang tidak dapat dipercaya, menunjukkan bahwa selama ini gadis-gadis di usia muda sangat sensitif terhadap fi tur wajah yang mereka anggap tidak bisa dipercaya. Kami tidak tahu mengapa.
Mungkin perubahan hormone pasca-pubertas yang menghasilkan respon yang tinggi tersebut, atau mungkin akibat mereka lebih termotivasi untuk mengantisipasi berbagai ancaman sosial yang datang selama periode usia ini," jelas Kevin LaBar.
Hasil fMRI juga mengungkapkan bahwa selama pertengahan masa remaja, bagian amigdala, ketika aktif, menunjukkan penurunan konektivitas dengan bagian lain dari otak yang terlibat dalam penilaian raut wajah, termasuk insula dan lobus temporal. Dibandingkan dengan bagian-bagian yang bekerja secara sinkron, menurut LaBar, peserta penelitian pada usia remaja, mengalami peningkatan respon dari sistem limbik (emosional dan perilaku) dan pemutusan hubungan yang lebih tinggi dari daerah otak yang dapat membantu mengatur respon.
"Pemutusan hubungan ini dapat menyebabkan usia pertengahan remaja memproses ketidakpercayaan dengan cara yang berbeda. Jika Anda melihat pada usia pertengahan remaja, mereka tidak menilai kepercayaan yang sama dengan yang dilakukan oleh orang dewasa atau remaja yang lebih muda atau lebih tua.
Jelas terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam otak remaja usia pertengahan di daerah yang terkait, dan dapat menyebabkan perbedaan perilaku dalam menyimpulkan kepercayaan mereka terhadap orang lain," kata LaBar.
Temuan ini bertentangan dengan pandangan tradisional bahwa fluktuasi perilaku sosial dan emosional yang disebabkan oleh sistem limbik dapat keluar terus pada masa remaja akhir seiring dengan perkembangan korteks prefrontal. Wilayah otak yang bertanggung jawab untuk berpikir kognitif dan pengambilan keputusan.
Temuan studi ini dapat membantu pencegahan dan penyembuhan bagi remaja yang cenderung mengambil keputusan secara lebih berani, tanpa memedulikan akibatnya di kemudian hari, atau juga dapat membantu remaja yang mengidap penyakit mental untuk lebih mengandalkan diri mereka sendiri dalam membuat keputusan.
"Dengan mengetahui periode ini, kita akan dapat lebih baik dalam mendidik remaja tentang bagaimana untuk mengatasi berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi di masa tersebut," kata Zucker.
Referensi : Erabaru.net
0 Response to "Otak Remaja Lebih Sensitif terhadap Wajah yang Tidak Dapat Dipercaya"
Post a Comment