Penyakit jantung rematik adalah penyakit peradangan sistemik akut ataupun kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum. Itu adalah pengertian penyakit jantung rematik menurut kaidah bahasa dan juga sisi medisnya.
Untuk selanjutnya yang akan sedikit disajikan di sini adalah mengenai askep jantung rematik yang dinilai dari segi keperawatan dan juga asuhan keperawatan pada pasien dengan demam rematik. Semoga askep jantung rematik ini dapat memberikan manfaat.
askep jantung rematik, Blog Keperawatan
Seperti biasanya dalam melakukan asuhan keperawatan tentunya dimulai dari sebuah pengkajian. Pengkajian yang dilakukan dalam memberikan askep jantung rematik adalah dimulai dengan mengumpulkan data mengenai hal sebagai berikut :
Yang pertama kali tentunya adalah mengenai fungsi jantung itu sendiri.
Status nutrisi dari pasien.
Toleransi terhadap aktivitas dan sikap pasien terhadap pembatasan aktivitas yang dilakukan.
Gangguan pola tidur.
Tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan pasien demam rematik.
Kemampuan pasien dalam hal mengatasi masalah.
Pengetahuan pasien dan keluarga akan penyakit jantung rematik yang diderita.
Pengkajian di atas adalah mengetahui secara umum dari hal yang yang diketahui oleh pasien serta keluarga mengenai penyakit jantung rematik. Nah berikutnya adalah menginjak pada pengkajian pada segi keperawatannya sebagai salah satu proses keperawatan. Yang dikaji berikutnya pada askep jantung rematik adalah :
Riwayat penyakit jantung rematik.
Monitor komplikasi jantung bila terjadi.
Auskultasi bunyi jantung, biasanya yang khas pada pasien dengan jantung rematik ini adalah bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole.
Pengkajian terhadap tanda-tanda vital pasien.
Pengkajian terhadap rasa nyeri.
Pengkajian terhadap adanya tanda peradangan pada sendi.
Pengkajian terhadap adanya lesi pada kulit.
Selanjutnya adalah mengenai diagnosa keperawatan jantung rematik. Beberapa diagnosa keperawatan yang bisa muncul dalam memberikan askep jantung rematik diantaranya yaitu :
1. Penurunan curah jantung (COP) berhubungan dengan stenosis katub.
Tujuan yang hendak dicapai adalah COP ( Cardiac Out Put) meningkat.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan penurunan tingkat dyspnoe yang dialaminya.
Pasien ikut serta dalam berpartisipasi pada aktivitas serta mendemonstrasikan peningkatan toleransi.
Intervensi Keperawatan :
Pantau tanda-tanda vital seperti halnya : tekanan darah, nadi apikal dan juga nadi perifer.
Pantau irama dan juga frekuensi jantung.
Tirah baring pada posisi semifowler yaitu 45 derajat.
Dorong pasien melakukan tehnik managemen stress (lingkungan tenang, meditasi).
Bantu aktivitas pasien sesuai indikasi bila pasien mampu.
Kolaborasi medis dalam hal pemberian O2 dan juga terapi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan yang hendak dicapai adalah pasien dapat bertoleransi secara optimal pada aktifitas yang dilakukannya.
Kriteria Hasil :
Respon verbal kelelahan berkurang
Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya (denyut nadi aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada).
Intervensi Keperawatan :
Hemat energi pasien selama masa akut.
Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis pasien membaik.
Sejalan dengan semakin baiknya keadaan umum, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas yang dilakukan.
Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehari-hari.
Buat jadwal aktivitas dan juga jadwal istirahat.
Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.
Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan sedasi sesuai program dari medis.
3. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
Tujuan yang hendak dicapai adalah tidak terjadi nyeri pada pasien.
Kriteria Hasil :
Nyeri pasien berkurang atau hilang.
Klien terlihat rileks.
Ekspresi wajah tidak terlihat tegang / cemas.
Pasien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasakan sakit / nyeri.
Intervensi Keperawatan :
Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
Berikan tindakan yang memberikan kenyamanan (perubahan posisi sering, lingkungan tenang dan theraupetik, pijatan pungung dan tehnik manajemen stress).
Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri.
Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang mengalami sakit.
Lakukan distraksi contohnya dengan melakukan tehnik relaksasi dan khayalan.
Kolaborasi medis dalam hal pemberian obat analgetik, anti peradangan dan antipiretik.
Kolaborasi dengan fisiotherapi sesuai dengan persetujuan dari medis.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi glomerulus, retensi natrium dan air, meningkatnya tekanan hidrostatik.
Tujuan yang hendak dicapai adalah keseimbangan volume cairan tercapai.
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi oedema.
Volume cairan stabil, dengan keseimbangan antara pamasukan dan pengeluaran (balance cairan).
Intervensi Keperawatan :
Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna.
Pantau keseimbangan masukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Berikan makanan yang mudah dicerna dalam porsi kecil, dan sering.
Kolaborasi medis dalam pemberian obat diuretik.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada tonsil disertai eksudat.
Tujuan yang hendak dicapai adalah tidak terjadi penurunan asupan nutrisi pada pasien.
Kriteria Hasil :
Nafsu makan pasien bertambah.
Pasien tidak merasa mual, muntah.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Keperawatan :
Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan).
Masukkan makanan kesukaan dalam diet yang diberikan.
Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat membuat keterbatasan).
Memilih makanan dari daftar menu yang disediakan.
Atur makanan secara semenarik mungkin diatas nampan.
Atur jadwal pemberian dalam makanan.
Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas.
Demikian tadi sahabat-sahabat semuanya mengenai askep jantung rematik dan semoga askep pasien jantung rematik ini bisa memberikan manfaat bagi kita semuanya.
Untuk selanjutnya yang akan sedikit disajikan di sini adalah mengenai askep jantung rematik yang dinilai dari segi keperawatan dan juga asuhan keperawatan pada pasien dengan demam rematik. Semoga askep jantung rematik ini dapat memberikan manfaat.
askep jantung rematik, Blog Keperawatan
Seperti biasanya dalam melakukan asuhan keperawatan tentunya dimulai dari sebuah pengkajian. Pengkajian yang dilakukan dalam memberikan askep jantung rematik adalah dimulai dengan mengumpulkan data mengenai hal sebagai berikut :
Yang pertama kali tentunya adalah mengenai fungsi jantung itu sendiri.
Status nutrisi dari pasien.
Toleransi terhadap aktivitas dan sikap pasien terhadap pembatasan aktivitas yang dilakukan.
Gangguan pola tidur.
Tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan pasien demam rematik.
Kemampuan pasien dalam hal mengatasi masalah.
Pengetahuan pasien dan keluarga akan penyakit jantung rematik yang diderita.
Pengkajian di atas adalah mengetahui secara umum dari hal yang yang diketahui oleh pasien serta keluarga mengenai penyakit jantung rematik. Nah berikutnya adalah menginjak pada pengkajian pada segi keperawatannya sebagai salah satu proses keperawatan. Yang dikaji berikutnya pada askep jantung rematik adalah :
Riwayat penyakit jantung rematik.
Monitor komplikasi jantung bila terjadi.
Auskultasi bunyi jantung, biasanya yang khas pada pasien dengan jantung rematik ini adalah bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole.
Pengkajian terhadap tanda-tanda vital pasien.
Pengkajian terhadap rasa nyeri.
Pengkajian terhadap adanya tanda peradangan pada sendi.
Pengkajian terhadap adanya lesi pada kulit.
Selanjutnya adalah mengenai diagnosa keperawatan jantung rematik. Beberapa diagnosa keperawatan yang bisa muncul dalam memberikan askep jantung rematik diantaranya yaitu :
1. Penurunan curah jantung (COP) berhubungan dengan stenosis katub.
Tujuan yang hendak dicapai adalah COP ( Cardiac Out Put) meningkat.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan penurunan tingkat dyspnoe yang dialaminya.
Pasien ikut serta dalam berpartisipasi pada aktivitas serta mendemonstrasikan peningkatan toleransi.
Intervensi Keperawatan :
Pantau tanda-tanda vital seperti halnya : tekanan darah, nadi apikal dan juga nadi perifer.
Pantau irama dan juga frekuensi jantung.
Tirah baring pada posisi semifowler yaitu 45 derajat.
Dorong pasien melakukan tehnik managemen stress (lingkungan tenang, meditasi).
Bantu aktivitas pasien sesuai indikasi bila pasien mampu.
Kolaborasi medis dalam hal pemberian O2 dan juga terapi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan yang hendak dicapai adalah pasien dapat bertoleransi secara optimal pada aktifitas yang dilakukannya.
Kriteria Hasil :
Respon verbal kelelahan berkurang
Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya (denyut nadi aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada).
Intervensi Keperawatan :
Hemat energi pasien selama masa akut.
Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis pasien membaik.
Sejalan dengan semakin baiknya keadaan umum, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas yang dilakukan.
Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehari-hari.
Buat jadwal aktivitas dan juga jadwal istirahat.
Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.
Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan sedasi sesuai program dari medis.
3. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
Tujuan yang hendak dicapai adalah tidak terjadi nyeri pada pasien.
Kriteria Hasil :
Nyeri pasien berkurang atau hilang.
Klien terlihat rileks.
Ekspresi wajah tidak terlihat tegang / cemas.
Pasien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasakan sakit / nyeri.
Intervensi Keperawatan :
Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
Berikan tindakan yang memberikan kenyamanan (perubahan posisi sering, lingkungan tenang dan theraupetik, pijatan pungung dan tehnik manajemen stress).
Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri.
Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang mengalami sakit.
Lakukan distraksi contohnya dengan melakukan tehnik relaksasi dan khayalan.
Kolaborasi medis dalam hal pemberian obat analgetik, anti peradangan dan antipiretik.
Kolaborasi dengan fisiotherapi sesuai dengan persetujuan dari medis.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi glomerulus, retensi natrium dan air, meningkatnya tekanan hidrostatik.
Tujuan yang hendak dicapai adalah keseimbangan volume cairan tercapai.
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi oedema.
Volume cairan stabil, dengan keseimbangan antara pamasukan dan pengeluaran (balance cairan).
Intervensi Keperawatan :
Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna.
Pantau keseimbangan masukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Berikan makanan yang mudah dicerna dalam porsi kecil, dan sering.
Kolaborasi medis dalam pemberian obat diuretik.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada tonsil disertai eksudat.
Tujuan yang hendak dicapai adalah tidak terjadi penurunan asupan nutrisi pada pasien.
Kriteria Hasil :
Nafsu makan pasien bertambah.
Pasien tidak merasa mual, muntah.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Keperawatan :
Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan).
Masukkan makanan kesukaan dalam diet yang diberikan.
Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat membuat keterbatasan).
Memilih makanan dari daftar menu yang disediakan.
Atur makanan secara semenarik mungkin diatas nampan.
Atur jadwal pemberian dalam makanan.
Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas.
Demikian tadi sahabat-sahabat semuanya mengenai askep jantung rematik dan semoga askep pasien jantung rematik ini bisa memberikan manfaat bagi kita semuanya.
terimakasih banyak untuk informasinya, isangat bermanfaat
ReplyDelete