Para ahli berpendapat usia paling penting dan strategis adalah 0-6 tahun sehingga disebut usia emas (golden age). Disebut demikian karena umumnya perkembangan otak manusia 80% terjadi pada usia 0-6 tahun, sebagian hingga usia 8 tahun, dan sisa perkembangan otak yang 20% terjadi pada usia 6 tahun hingga akhir hayat.
Terkait hal itu, pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi sangat penting karena dalam periode itu pendidikan akan membekali perkembangan otak sampai 80%, yang berdampak terhadap karakter manusia dalam 20-30 tahun mendatang. Periode itu juga menjadi momen sangat penting bagi PAUD karena tahun 2045 RI berusia 100 tahun.
Mendasarkan pada pendidikan anak usia dini sebagai sebuah gerakan, target pemerintah mencapai angka partisipasi kasar (APK) PAUD 75% tahun 2015 sebagai kado ulang tahun emas, tak mudah dicapai. Realitas itu mengandaikan bila tidak ada akses layanan pendidikan anak usia dini yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, golongan, dan wilayah.
Pemaksimalan upaya mendulang usia emas, memerlukan beberapa terobosan tepat agar semua anak usia emas di Indonesia dapat menikmati pendidikan. Perlu pendekatan dan strategi kebijakan untuk mengubah paradigma pada sebagian masyarakat supaya tujuan yang diharapkan bisa cepat tercapai.
Salah satu pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah menerapkan kebijakan deliberatif. Kebijakan itu akan menjamin keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi poin positif bagi masa depan keberlangsungan pendidikan anak usia dini.
Sekecil apa pun kontribusi masyarakat menjadi sangat berarti. Paling tidak ada rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap lembaga pendidikan yang telah dibentuk. Keterlibatan masyarakat setidak-tidaknya akan mengurangi ketergantungan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini terhadap pemerintah.
Proses kebijakan seperti itu akan mengurangi beban pembiayaan pemerintah, seperti pemberian block grant dan insentif tenaga pendidik, mengingat otonomi penggunaan bantuan itu sangat dibatasi berbagai aturan juknis. Kita juga mencatat anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung menghadapi tantangan jauh lebih banyak dibandingkan kelompok sebaya yang berasal dari keluarga lebih mampu (Jeanne Ellia Ormrod, 2008). Berbagai masalah kemiskinan acap menjadi momok yang menghantui anak dari keluarga punya kerentanan sosial tinggi, seperti pemulung, pengemis, pengamen dan sebagainya.
Pelembagaan Program
Untuk itu, keterwujudan pendidikan anak usia dini sebagai sebuah gerakan pendidikan jangan hanya sekadar program yang ditargetkan. Gerakan itu harus melembaga dan dicanangkan ke seluruh pelosok negeri. Tentu perlu dukungan komitmen pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah, bahkan tingkat RT.
Kolaborasi dari semua unsur masyarakat itu menjadi prasyarat kesuksesan gerakan pendidikan anak usia dini. Bila beberapa tahun lalu telah muncul pos PAUD, hasil kerja sama apik antara BKKBN dan Ditjen PAUDNI, ke depan mengapa tidak kita buat bentuk kerja sama lain yang semacam dengan berbagai potensi kelembagaan.
Kreativitas dan ide-ide cemerlang sangat dibutuhkan untuk bisa menerobos semua lini pembiayaan dari masyarakat guna mendukung gerakan tersebut. Di Jateng, gerakan itu bisa mengadopsi bentuk gerakan lain yang sudah ada, seperti Gerakan Pramuka, atau kembali merevitalisasi ide lama, bahkan melahirkan gagasan yang betul-betul baru.
Bila Gerakan Pramuka memiliki Saka Wana Bhakti, Saka Dirgantara, Saka Bhayangkara dan sebagainya, mengapa tidak kita kondisikan membangun PAUD perbankan, PAUD Bhakti Husada, PAUD Pertamina, dan sebagainya. Kuncinya, bagaimana Ditjen PAUD Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud berani mengembangkan sayap ke semua lini untuk meyakinkan dan bekerja sama dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Terobosan itu seperti yang telah dilakukan bersama BKKBN dengan lembaga posyandunya, yang kemudian melahirkan pos PAUD.
Sumber : suaramerdeka.com
Terkait hal itu, pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi sangat penting karena dalam periode itu pendidikan akan membekali perkembangan otak sampai 80%, yang berdampak terhadap karakter manusia dalam 20-30 tahun mendatang. Periode itu juga menjadi momen sangat penting bagi PAUD karena tahun 2045 RI berusia 100 tahun.
Mendasarkan pada pendidikan anak usia dini sebagai sebuah gerakan, target pemerintah mencapai angka partisipasi kasar (APK) PAUD 75% tahun 2015 sebagai kado ulang tahun emas, tak mudah dicapai. Realitas itu mengandaikan bila tidak ada akses layanan pendidikan anak usia dini yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, golongan, dan wilayah.
Pemaksimalan upaya mendulang usia emas, memerlukan beberapa terobosan tepat agar semua anak usia emas di Indonesia dapat menikmati pendidikan. Perlu pendekatan dan strategi kebijakan untuk mengubah paradigma pada sebagian masyarakat supaya tujuan yang diharapkan bisa cepat tercapai.
Salah satu pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah menerapkan kebijakan deliberatif. Kebijakan itu akan menjamin keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi poin positif bagi masa depan keberlangsungan pendidikan anak usia dini.
Sekecil apa pun kontribusi masyarakat menjadi sangat berarti. Paling tidak ada rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap lembaga pendidikan yang telah dibentuk. Keterlibatan masyarakat setidak-tidaknya akan mengurangi ketergantungan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini terhadap pemerintah.
Proses kebijakan seperti itu akan mengurangi beban pembiayaan pemerintah, seperti pemberian block grant dan insentif tenaga pendidik, mengingat otonomi penggunaan bantuan itu sangat dibatasi berbagai aturan juknis. Kita juga mencatat anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung menghadapi tantangan jauh lebih banyak dibandingkan kelompok sebaya yang berasal dari keluarga lebih mampu (Jeanne Ellia Ormrod, 2008). Berbagai masalah kemiskinan acap menjadi momok yang menghantui anak dari keluarga punya kerentanan sosial tinggi, seperti pemulung, pengemis, pengamen dan sebagainya.
Pelembagaan Program
Untuk itu, keterwujudan pendidikan anak usia dini sebagai sebuah gerakan pendidikan jangan hanya sekadar program yang ditargetkan. Gerakan itu harus melembaga dan dicanangkan ke seluruh pelosok negeri. Tentu perlu dukungan komitmen pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah, bahkan tingkat RT.
Kolaborasi dari semua unsur masyarakat itu menjadi prasyarat kesuksesan gerakan pendidikan anak usia dini. Bila beberapa tahun lalu telah muncul pos PAUD, hasil kerja sama apik antara BKKBN dan Ditjen PAUDNI, ke depan mengapa tidak kita buat bentuk kerja sama lain yang semacam dengan berbagai potensi kelembagaan.
Kreativitas dan ide-ide cemerlang sangat dibutuhkan untuk bisa menerobos semua lini pembiayaan dari masyarakat guna mendukung gerakan tersebut. Di Jateng, gerakan itu bisa mengadopsi bentuk gerakan lain yang sudah ada, seperti Gerakan Pramuka, atau kembali merevitalisasi ide lama, bahkan melahirkan gagasan yang betul-betul baru.
Bila Gerakan Pramuka memiliki Saka Wana Bhakti, Saka Dirgantara, Saka Bhayangkara dan sebagainya, mengapa tidak kita kondisikan membangun PAUD perbankan, PAUD Bhakti Husada, PAUD Pertamina, dan sebagainya. Kuncinya, bagaimana Ditjen PAUD Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud berani mengembangkan sayap ke semua lini untuk meyakinkan dan bekerja sama dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Terobosan itu seperti yang telah dilakukan bersama BKKBN dengan lembaga posyandunya, yang kemudian melahirkan pos PAUD.
Sumber : suaramerdeka.com
0 Response to "Perkembangan Otak Manusia 80% Terjadi Pada Usia 0-6 Tahun"
Post a Comment