Rasanya selesai diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit adalah akhir dari sebuah perjuangan bagi seorang pelajar muda yang lebih dikenal dengan sebutan anak SMA, saya juga sempat menyandang gelar tersebut. Semasa remaja saya habiskan didesa, didesa sumber informasi yang minim membatasi akses untuk menemukan bidang apa nantinya yang akan saya pilih.
Sampai akhirnya saya diterima di kampus perjuangan di Surabaya, saya kecewa dengan sistem yang ternyata sama dengan sekolah pada umumnya dimana seorang pelajar di tuntut keras untuk belajar agar mendapatkan nilai yang baik dalam ujian yang sudah tidak asing lagi ditelinga yaitu uts dan uas.
Saya kira selama perkuliahan proses pembelajaran seorang pelajar dituntun untuk menemukan tujuan hidupnya. Saya senang kalau pendapat itu salah, sehingga masa perkuliahan selama 4 th lamanya saya gunakan untuk melahap banyak bacaan apa saja yang saya sukai.
Orientasi sistem penilain berupa uts dan uas baru saya pahami dimana sistem tersebut dirancang sebagai tolak ukur seorang pelajar dalam memhami sebuah ilmu pengetahuan yang ditekuni. hal semcam ini yang lebih ditekankan terlebih dahu pada seorang pelajar, sebuah pemahaman tentang arti dari sebuah uts dan uas bukan hanya sekedar rutinitas akhir semester yang membuat kebanyakan pelajar belajar dan berdoa keras diakhir semester karena ketakutan tidak lulus.
Pemahaman yang salah tentang arti sebuah sitem menyebabkan nilai dari penilaihan kecerdasaan seseorang menjadi begitu terbatas. Coba jika ada seorang pelajar mendapatkan nilai 25 pada ujian fisika betapa bodohnya dia dibidang tersebut padahal dia sudah belajar mati-matian dibandingkan temannya yang pintar dibidang tersebut.
Kecerdasan manusia tak terbatas, jika anda yang memiliki keterpurukan dalam sebuah bidang mungkin disitu atau tidaknya kesuksesan anda ditentukan. Hanya anda yang tahu dimana batas kecerdasan anda sendiri dan teruslah berkarya dalam bentuk apapun untuk kebahagiaan diri anda sendiri dan orang lain.
Hanya untuk renungan bagi para pelajar "jangan lihat hasil buruk saat ini (bagi yang tidak pintar)", apapun hasilnya saat ini jangan putus asa, belajar terus, jaangan iri dengan kepandaian teman dengan IQ diatas rata-rata.
Dalam sebuah sejarah manusia tidak ada referensi yang menyebutkan bahwa orang yang pintar itu selalu berhasil dan sukses. Dan saya temukan sebuah kuncinya dari banyak membaca adalah hanya kerja keras dan keyakinan yang akan menghantarkan kita pada apa yang kita inginkan.
Sampai akhirnya saya diterima di kampus perjuangan di Surabaya, saya kecewa dengan sistem yang ternyata sama dengan sekolah pada umumnya dimana seorang pelajar di tuntut keras untuk belajar agar mendapatkan nilai yang baik dalam ujian yang sudah tidak asing lagi ditelinga yaitu uts dan uas.
Saya kira selama perkuliahan proses pembelajaran seorang pelajar dituntun untuk menemukan tujuan hidupnya. Saya senang kalau pendapat itu salah, sehingga masa perkuliahan selama 4 th lamanya saya gunakan untuk melahap banyak bacaan apa saja yang saya sukai.
Orientasi sistem penilain berupa uts dan uas baru saya pahami dimana sistem tersebut dirancang sebagai tolak ukur seorang pelajar dalam memhami sebuah ilmu pengetahuan yang ditekuni. hal semcam ini yang lebih ditekankan terlebih dahu pada seorang pelajar, sebuah pemahaman tentang arti dari sebuah uts dan uas bukan hanya sekedar rutinitas akhir semester yang membuat kebanyakan pelajar belajar dan berdoa keras diakhir semester karena ketakutan tidak lulus.
Pemahaman yang salah tentang arti sebuah sitem menyebabkan nilai dari penilaihan kecerdasaan seseorang menjadi begitu terbatas. Coba jika ada seorang pelajar mendapatkan nilai 25 pada ujian fisika betapa bodohnya dia dibidang tersebut padahal dia sudah belajar mati-matian dibandingkan temannya yang pintar dibidang tersebut.
Kecerdasan manusia tak terbatas, jika anda yang memiliki keterpurukan dalam sebuah bidang mungkin disitu atau tidaknya kesuksesan anda ditentukan. Hanya anda yang tahu dimana batas kecerdasan anda sendiri dan teruslah berkarya dalam bentuk apapun untuk kebahagiaan diri anda sendiri dan orang lain.
Hanya untuk renungan bagi para pelajar "jangan lihat hasil buruk saat ini (bagi yang tidak pintar)", apapun hasilnya saat ini jangan putus asa, belajar terus, jaangan iri dengan kepandaian teman dengan IQ diatas rata-rata.
Dalam sebuah sejarah manusia tidak ada referensi yang menyebutkan bahwa orang yang pintar itu selalu berhasil dan sukses. Dan saya temukan sebuah kuncinya dari banyak membaca adalah hanya kerja keras dan keyakinan yang akan menghantarkan kita pada apa yang kita inginkan.
0 Response to "Mahasiswa Bodoh Berorientasi pada UAS, UTS dan IPK"
Post a Comment