USAHA sosial biasanya timbul dari hati nurani yang peduli terhadap
keadaan dan atau masyarakat sekitar dengan asumsi bahwa hampir pasti
usaha itu akan menimbulkan ketergantungan pada pembiayaan dan dukungan
yang tidak ada batasnya.
Dukungan itu biasanya tidak terbatas pada tenaga, tetapi juga pembiayaan untuk segala kegiatan operasionalnya, karenanya penduduk segan atau jarang mengambil prakarsa untuk melakukan kegiatan sosial.
Dalam gerakan sosial ke masyarakatan dunia, anggapan itu mulai berubah. Ahli-ahli pembangunan sosial kemasyarakatan dunia mulai menuntut agar antara pembangunan ekonomi dan sosial makin dilakukan secara seimbang, mereka masuk dalam perdebatan dan kompetisi yang sengit bahwa ukuran kesejahteraan harus pula menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ukuran kesejahteraan suatu bangsa.
Human Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia (IPM) adalah salah satu kemenangan ahli-ahli pembangunan sosial kemasyarakatan memasukkan ukuran pembangunan sosial bukan hanya dari sudut ekonomi tetapi juga dari bidang sosial sebagai basis pengukuran kesejahteraan suatu bang sa.
Ukuran itu mengharuskan ahli pembangunan sosial untuk melihat masuknya program sosial dalam paradigma yang memberi kontribusi pada tingkat pendapatan suatu keluarga. Sebagai contoh, dalam ukuran IPM, usia harapan hidup diukur dari ukuran usia yang lebih panjang sebagai salah satu syarat untuk hidup sejahtera.
Terjemahannya adalah bahwa suatu usia yang le bih panjang bukan sekedar hidup lebih panjang saja, tetapi terkait dengan pendidikan dan kewirausahaan. Hidup lebih panjang diisi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan ketrampilan yang lebih memadai. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan mahir, dituntut adanya pekerjaan atau kegiatan usaha yang perlu untuk setiap penduduk yang dianggap potensial.
Apabila syarat-syarat itu dipenuhi, maka dengan sendirinya setiap penduduk akan memberikan kontribusi pada tingkat pendapatan keluarganya. Peningkatan pendapatan akan memungkinkan setiap keluarga memperoleh kesempatan untuk menjadi makin sejahtera.
Dalam ukuran IPM tersebut, tingkat pendidikan memegang peranan yang penting, artinya setiap penduduk diharapkan me nempuh pendidikan formal setinggi-tingginya, sehingga setiap penduduk akan mempunyai dasar yang kuat untuk memperoleh tingkat pendapatan yang memadai agar dengan tingkat pendapatan yang memadai, memungkinkan bisa memenuhi ke butuhan dasarnya dengan baik.
Oleh karena itu, menurut promis dari IPM, setiap negara yang mempunyai index dari tiga komponen itu, usia harapan hidup yang panjang, tingkat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang memadai, diharapkan mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi juga.
Oleh karena itu setiap organisasi sosial kemasya rakatan diharapkan bekerja keras membangun inovasi atau prakarsa-pra karsa kegiatan sosial kemasyarakatan baru yang mempunyai cakupan luas sehingga keluarga tertinggal, setengah tertinggal atau yang hampir tertinggal, yang jumlahnya banyak, tidak ditunggu menjadi tertinggal, tetapi sejak dini disiapkan un tuk ikut serta dalam berbagai inovasi yang dikembangkan mengikuti proses pemberdayaan menjadi keluarga yang lebih mandiri.
Ada beberapa contoh inovasi sosial atau social innovation yang dapat dikembangkan yang intinya memungkinkan cara pengembangan usaha sosial yang memberikan dampak kepada proses pemberdayaan “calon” penyandang disabilitas sebagai sasaran strategis. Bi dang yang dicakup juga sangat bervariasi dan meliputi semua bidang garapan yang sementara ini biasa dilakukan dengan sistem charitas.
Contoh antara lain adalah penanganan penduduk lanjut usia. Biasanya penanganan lansia adalah dengan menempatkan para lansia di panti jompo. Dalam inovasi yang ditawarkan ini para petugas panti yang berpengalaman itu mendatangi keluarga yang mempunyai lansia untuk bersama-sama belajar bagaimana menangani para lansia da lam lingkungan keluarganya.
Kepada mereka diajarkan cara yang terbaik untuk menangani para lansia agar tetap tegar dan bahagia sekaligus mempunyai kesempatan untuk berbakti kepada sesama, generasi yang lebih muda dan generasi kanak-kanak. Dengan kemahiran itu para lansia di lingkungan keluarganya tidak perlu ditempatkan di panti jompo.
Apabila dikehendaki, para lansia yang tinggal di rumah masing-masing sekali kali boleh berkunjung ke panti jompo untuk satu dua hari merasakan bagai mana menjadi lansia yang baik dengan aturan disiplin yang diatur di panti dan mengetrapkannya dalam kehidupan bersama keluarganya.
Inovasi sosial lainnya masih berhubungan dengan lansia, yaitu pengem bangan pelayanan anak muda untuk penduduk lanjut usia. Biasanya penduduk lanjut usia akan kesepian di rumahnya sen diri karena anak-anak sudah mapan dan bertempat tinggal jauh dari rumahnya. Pelayanan yang dilakukan di rumahnya harus dikerjakan sendiri tanpa bantuan tenaga muda yang dimasa lalu dapat dikerjakannya dengan baik.
Contohnya, untuk mengurus surat-surat yang perlu diperbaharui, seper ti surat laporan bank, laporan pajak dan lainnya. Contoh lain misalnya, tenaga muda dapat diperbantukan kepada keluarga lansia sesuai dengan kebutuhan sehari-hari seperti menyiapkan obat-obat yang harus dibeli di apotek atau diracik sesuai cara minum yang sehari dua kali atau tiga kali dan seterusnya. Banyak inovasi lain yang menolong tenaga disabilitas untuk berkembang menjadi semakin sejahtera.
DNIKS bekerja sama dengan Yayasan Damandiri sedang mengembangkan berbagai penerbitan atau tayangan televisi untuk mendokumentasikan kegiatan yang me ngubah cara pandang dan kegiatan operasional penanganan masalah sosial di Indoensia untuk dijadikan contoh atau model yang dapat ditiru. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com).
Referensi
Dukungan itu biasanya tidak terbatas pada tenaga, tetapi juga pembiayaan untuk segala kegiatan operasionalnya, karenanya penduduk segan atau jarang mengambil prakarsa untuk melakukan kegiatan sosial.
Dalam gerakan sosial ke masyarakatan dunia, anggapan itu mulai berubah. Ahli-ahli pembangunan sosial kemasyarakatan dunia mulai menuntut agar antara pembangunan ekonomi dan sosial makin dilakukan secara seimbang, mereka masuk dalam perdebatan dan kompetisi yang sengit bahwa ukuran kesejahteraan harus pula menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ukuran kesejahteraan suatu bangsa.
Human Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia (IPM) adalah salah satu kemenangan ahli-ahli pembangunan sosial kemasyarakatan memasukkan ukuran pembangunan sosial bukan hanya dari sudut ekonomi tetapi juga dari bidang sosial sebagai basis pengukuran kesejahteraan suatu bang sa.
Ukuran itu mengharuskan ahli pembangunan sosial untuk melihat masuknya program sosial dalam paradigma yang memberi kontribusi pada tingkat pendapatan suatu keluarga. Sebagai contoh, dalam ukuran IPM, usia harapan hidup diukur dari ukuran usia yang lebih panjang sebagai salah satu syarat untuk hidup sejahtera.
Terjemahannya adalah bahwa suatu usia yang le bih panjang bukan sekedar hidup lebih panjang saja, tetapi terkait dengan pendidikan dan kewirausahaan. Hidup lebih panjang diisi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan ketrampilan yang lebih memadai. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan mahir, dituntut adanya pekerjaan atau kegiatan usaha yang perlu untuk setiap penduduk yang dianggap potensial.
Apabila syarat-syarat itu dipenuhi, maka dengan sendirinya setiap penduduk akan memberikan kontribusi pada tingkat pendapatan keluarganya. Peningkatan pendapatan akan memungkinkan setiap keluarga memperoleh kesempatan untuk menjadi makin sejahtera.
Dalam ukuran IPM tersebut, tingkat pendidikan memegang peranan yang penting, artinya setiap penduduk diharapkan me nempuh pendidikan formal setinggi-tingginya, sehingga setiap penduduk akan mempunyai dasar yang kuat untuk memperoleh tingkat pendapatan yang memadai agar dengan tingkat pendapatan yang memadai, memungkinkan bisa memenuhi ke butuhan dasarnya dengan baik.
Oleh karena itu, menurut promis dari IPM, setiap negara yang mempunyai index dari tiga komponen itu, usia harapan hidup yang panjang, tingkat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang memadai, diharapkan mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi juga.
Oleh karena itu setiap organisasi sosial kemasya rakatan diharapkan bekerja keras membangun inovasi atau prakarsa-pra karsa kegiatan sosial kemasyarakatan baru yang mempunyai cakupan luas sehingga keluarga tertinggal, setengah tertinggal atau yang hampir tertinggal, yang jumlahnya banyak, tidak ditunggu menjadi tertinggal, tetapi sejak dini disiapkan un tuk ikut serta dalam berbagai inovasi yang dikembangkan mengikuti proses pemberdayaan menjadi keluarga yang lebih mandiri.
Ada beberapa contoh inovasi sosial atau social innovation yang dapat dikembangkan yang intinya memungkinkan cara pengembangan usaha sosial yang memberikan dampak kepada proses pemberdayaan “calon” penyandang disabilitas sebagai sasaran strategis. Bi dang yang dicakup juga sangat bervariasi dan meliputi semua bidang garapan yang sementara ini biasa dilakukan dengan sistem charitas.
Contoh antara lain adalah penanganan penduduk lanjut usia. Biasanya penanganan lansia adalah dengan menempatkan para lansia di panti jompo. Dalam inovasi yang ditawarkan ini para petugas panti yang berpengalaman itu mendatangi keluarga yang mempunyai lansia untuk bersama-sama belajar bagaimana menangani para lansia da lam lingkungan keluarganya.
Kepada mereka diajarkan cara yang terbaik untuk menangani para lansia agar tetap tegar dan bahagia sekaligus mempunyai kesempatan untuk berbakti kepada sesama, generasi yang lebih muda dan generasi kanak-kanak. Dengan kemahiran itu para lansia di lingkungan keluarganya tidak perlu ditempatkan di panti jompo.
Apabila dikehendaki, para lansia yang tinggal di rumah masing-masing sekali kali boleh berkunjung ke panti jompo untuk satu dua hari merasakan bagai mana menjadi lansia yang baik dengan aturan disiplin yang diatur di panti dan mengetrapkannya dalam kehidupan bersama keluarganya.
Inovasi sosial lainnya masih berhubungan dengan lansia, yaitu pengem bangan pelayanan anak muda untuk penduduk lanjut usia. Biasanya penduduk lanjut usia akan kesepian di rumahnya sen diri karena anak-anak sudah mapan dan bertempat tinggal jauh dari rumahnya. Pelayanan yang dilakukan di rumahnya harus dikerjakan sendiri tanpa bantuan tenaga muda yang dimasa lalu dapat dikerjakannya dengan baik.
Contohnya, untuk mengurus surat-surat yang perlu diperbaharui, seper ti surat laporan bank, laporan pajak dan lainnya. Contoh lain misalnya, tenaga muda dapat diperbantukan kepada keluarga lansia sesuai dengan kebutuhan sehari-hari seperti menyiapkan obat-obat yang harus dibeli di apotek atau diracik sesuai cara minum yang sehari dua kali atau tiga kali dan seterusnya. Banyak inovasi lain yang menolong tenaga disabilitas untuk berkembang menjadi semakin sejahtera.
DNIKS bekerja sama dengan Yayasan Damandiri sedang mengembangkan berbagai penerbitan atau tayangan televisi untuk mendokumentasikan kegiatan yang me ngubah cara pandang dan kegiatan operasional penanganan masalah sosial di Indoensia untuk dijadikan contoh atau model yang dapat ditiru. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com).
Referensi
0 Response to "MEMBANGUN INOVASI SOSIAL"
Post a Comment