SAAT stres, mungkin anda ingin
menyendiri dengan mengunci kamar semalaman atau bepergian keluar kota
agar beban pikiran anda menjadi ringan. Kira-kira cara yang sama juga
bisa dilakukan oleh orang-orang yang mengidap gangguan kecemasan
(anxiety).
Menurut sebuah studi baru, pengidap gangguan kecemasan kerap kali merasa seperti membutuhkan ruang personal yang lebih luas daripada orang lain. Kondisi ini oleh para pakar disebut dengan nama peripersonal space.
Hal ini dibuktikan oleh Dr Chiara Sambo dan Dr Giandomenico Iannetti dari University College London dengan merekrut 15 orang yang berusia antara 20 tahun hingga 37 tahun, dan memberi mereka sebuah tes untuk mengetahui tingkat kecemasan mereka dalam situasi-situasi tertentu.
Selain itu, peneliti memanfaatkan sebuah stimulus elektrik yang nantinya diletakkan pada salah satu saraf di tangan masing-masing partisipan. Pada saat-saat tertentu, ketika stimulus ini diberikan, maka tangan partisipan juga akan memberikan refleks tertentu.
Refleks yang tidak dikendalikan oleh otak inilah yang diamati oleh peneliti ketika partisipan meletakkan tangan mereka pada empat jarak yang berbeda dari wajah, mulai dari yang berjarak 5 cm hingga 60 cm.
Dengan mengukur kekuatan refleks tersebut, peneliti dapat menentukan seberapa besar bahaya yang dipersepsi partisipan dari setiap stimulus yang diberikan.
Ternyata dibandingkan orang sehat, peneliti menemukan bahwa pengidap gangguan kecemasan melihat suatu ancaman tampak lebih dekat dari kondisi yang sebenarnya.
Dalam laporan yang dipublikasikan Journal of Neuroscience, diperoleh rincian bahwa partisipan yang mendapatkan skor kecemasan yang tinggi terlihat memberikan reaksi lebih dramatis terhadap stimulus yang diberikan dengan jarak 20 cm dari wajahnya, dibandingkan partisipan yang skor tes kecemasannya lebih rendah,
"Dan orang yang memberikan reaksi kuat terhadap stimulus dapat dikategorikan memiliki defensive peripersonal space yang besar," kata peneliti seperti dilansir laman Health.com, Minggu (22/9).
Dengan kata lain, orang yang mudah cemas akan melihat ancaman jauh lebih dekat daripada mereka yang tidak gampang gelisah, meski mungkin ancaman yang dimaksud sebenarnya terletak pada jarak yang sama di antara keduanya. Kendati begitu otak mereka tidak memicu reaksi defensif sama sekali, otak hanya bisa mengendalikan intensitas reaksinya saj
Ditulis oleh Redaktur Sumeks
Referensi
Menurut sebuah studi baru, pengidap gangguan kecemasan kerap kali merasa seperti membutuhkan ruang personal yang lebih luas daripada orang lain. Kondisi ini oleh para pakar disebut dengan nama peripersonal space.
Hal ini dibuktikan oleh Dr Chiara Sambo dan Dr Giandomenico Iannetti dari University College London dengan merekrut 15 orang yang berusia antara 20 tahun hingga 37 tahun, dan memberi mereka sebuah tes untuk mengetahui tingkat kecemasan mereka dalam situasi-situasi tertentu.
Selain itu, peneliti memanfaatkan sebuah stimulus elektrik yang nantinya diletakkan pada salah satu saraf di tangan masing-masing partisipan. Pada saat-saat tertentu, ketika stimulus ini diberikan, maka tangan partisipan juga akan memberikan refleks tertentu.
Refleks yang tidak dikendalikan oleh otak inilah yang diamati oleh peneliti ketika partisipan meletakkan tangan mereka pada empat jarak yang berbeda dari wajah, mulai dari yang berjarak 5 cm hingga 60 cm.
Dengan mengukur kekuatan refleks tersebut, peneliti dapat menentukan seberapa besar bahaya yang dipersepsi partisipan dari setiap stimulus yang diberikan.
Ternyata dibandingkan orang sehat, peneliti menemukan bahwa pengidap gangguan kecemasan melihat suatu ancaman tampak lebih dekat dari kondisi yang sebenarnya.
Dalam laporan yang dipublikasikan Journal of Neuroscience, diperoleh rincian bahwa partisipan yang mendapatkan skor kecemasan yang tinggi terlihat memberikan reaksi lebih dramatis terhadap stimulus yang diberikan dengan jarak 20 cm dari wajahnya, dibandingkan partisipan yang skor tes kecemasannya lebih rendah,
"Dan orang yang memberikan reaksi kuat terhadap stimulus dapat dikategorikan memiliki defensive peripersonal space yang besar," kata peneliti seperti dilansir laman Health.com, Minggu (22/9).
Dengan kata lain, orang yang mudah cemas akan melihat ancaman jauh lebih dekat daripada mereka yang tidak gampang gelisah, meski mungkin ancaman yang dimaksud sebenarnya terletak pada jarak yang sama di antara keduanya. Kendati begitu otak mereka tidak memicu reaksi defensif sama sekali, otak hanya bisa mengendalikan intensitas reaksinya saj
Ditulis oleh Redaktur Sumeks
Referensi
0 Response to "Atasi Kecemasan dengan Mengasingkan Diri "
Post a Comment