Ratusan umat muslim menunaikan sholat Tarawih pertama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Selama berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh
otak. Laju percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat
para ilmuwan belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan
dengan dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam
otak.
Otak adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini
memiliki fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan,
mengingat, inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra,
inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.
Otak terdiri atas 100 miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan.
Hubungan antarsel saraf disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps)
terjadi melalui impuls listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter
sebagai perantara. Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem
kerja antarneuron. Jika terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron
akan bereaksi abnormal.
Ada dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi
(glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric
acid (GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk
melaksanakan fungsi otak.
Ada banyak faktor yang memengaruhi fungsi otak, antara lain faktor
genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan
minuman. Dalam ilmu saraf dikenal istilah plastisitas otak, yakni
kapasitas sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai
reaksi terhadap keragaman lingkungan.
Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi.
Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran
dan pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada
hubungan sel-sel saraf di otak.
Neurogenesis merupakan proses kelahiran dan proliferasi
neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat mengalami proliferasi dan
berkembang menjadi sel piramidal dan sel yang akan berkembang menjadi
sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrit. Sel-sel saraf baru akan
bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang
rusak atau mati.
Fungsional kompensasi terjadi pada saat seseorang menua,
plastisitas otak akan menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan
kinerja lebih rendah. Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik
dibandingkan dengan yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak
mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang
paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.
Kondisi saat puasa
Berpuasa pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslim bukan hanya
menahan dahaga dan lapar mulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari. Lebih dari itu, puasa adalah latihan psikis, mental, dan fisik
biologis.
Secara psikis, orang yang menjalankan puasa akan memiliki jiwa dan
perilaku sehat, menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa
mencederai hakikat berpuasa. Dengan demikian, bisa menjadi manusia
berakhlak mulia.
Secara biologis, puasa diharapkan bermanfaat bagi kesehatan.
Puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari
subuh hingga maghrib. Selama puasa, tubuh mengalami proses metabolisme.
Makanan dicerna sekitar 8 jam. Rinciannya, 4 jam makanan disiapkan
dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, selanjutnya
dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah menjadi sari makanan di
usus kecil, kemudian diabsorpsi oleh pembuluh darah dan dikirim ke
seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam sebelum berbuka merupakan waktu bagi
sistem pencernaan untuk beristirahat.
Puasa merupakan aktivitas fisik dan biologis untuk mengatur
dan memperbaiki metabolisme tubuh. Puasa mengajarkan dan melatih tubuh
berdisiplin untuk makan dan minum secara tidak berlebihan serta mengatur
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Menyehatkan
Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh karena
makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa
ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yaitu 6-8 jam. Pada
fase itu terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah. Selain itu
terjadi peningkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1
serta penurunan low density lipoprotein (LDL) yang sangat bermanfaat
bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. HDL berefek baik bagi
kardiovaskular dan LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.
Secara psikologis puasa menimbulkan suasana batin tenang,
teduh, dan tidak dipenuhi rasa amarah sehingga menurunkan adrenalin.
Saat marah terjadi peningkatan adrenalin 20-30 kali lipat. Adrenalin
akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah
perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah
arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak
jantung.
Adrenalin menambah pembentukan kolesterol dari LDL. Berbagai
hal tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah,
jantung, dan otak sehingga timbul gangguan jantung koroner, stroke dan
lain-lain.
Penelitian endokrinologi menunjukkan, pola makan saat puasa
yang bersifat rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam
tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan,
seperti amilase, pankrease, dan insulin, dalam jumlah besar sehingga
bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian,
puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol serta
mengendalikan tekanan darah.
Saat seseorang melaksanakan puasa selama sebulan,
plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi jaringan otak akan
diperbarui. Dengan demikian, akan terbentuk networking atau rute
jaringan baru di dalam otak, yang akan membentuk pribadi dan manusia
yang berpikiran sempurna.
Pada hakikatnya puasa bermanfaat meningkatkan daya ingat,
mengurangi kematian sel-sel saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu bisa
meregenerasi sel-sel saraf otak.
Referensi
Ratusan umat muslim menunaikan sholat Tarawih pertama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Selama
berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh otak. Laju
percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat para ilmuwan
belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan
dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam otak.
Otak
adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki
fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan, mengingat,
inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator
gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.
Otak terdiri atas 100
miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan. Hubungan antarsel saraf
disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps) terjadi melalui impuls
listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter sebagai perantara.
Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem kerja antarneuron. Jika
terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron akan bereaksi abnormal.
Ada
dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi
(glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric acid
(GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk
melaksanakan fungsi otak.
Ada banyak faktor yang memengaruhi
fungsi otak, antara lain faktor genetik, psikologi/kejiwaan,
lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Dalam ilmu saraf dikenal
istilah plastisitas otak, yakni kapasitas sistem saraf untuk mengubah
struktur dan fungsinya sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan.
Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi.
Plastisitas
sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan
pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada
hubungan sel-sel saraf di otak.
Neurogenesis merupakan proses
kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat
mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel piramidal dan sel
yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan
dentrit. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak
untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati.
Fungsional
kompensasi terjadi pada saat seseorang menua, plastisitas otak akan
menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan kinerja lebih rendah.
Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dengan
yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi
fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering
mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.
Kondisi saat puasa
Berpuasa
pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslim bukan hanya menahan dahaga dan
lapar mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebih dari itu,
puasa adalah latihan psikis, mental, dan fisik biologis.
Secara
psikis, orang yang menjalankan puasa akan memiliki jiwa dan perilaku
sehat, menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa
mencederai hakikat berpuasa. Dengan demikian, bisa menjadi manusia
berakhlak mulia.
Secara biologis, puasa diharapkan bermanfaat
bagi kesehatan. Puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar
mulai dari subuh hingga maghrib. Selama puasa, tubuh mengalami proses
metabolisme. Makanan dicerna sekitar 8 jam. Rinciannya, 4 jam makanan
disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung,
selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah menjadi sari
makanan di usus kecil, kemudian diabsorpsi oleh pembuluh darah dan
dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam sebelum berbuka merupakan
waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.
Puasa merupakan
aktivitas fisik dan biologis untuk mengatur dan memperbaiki
metabolisme tubuh. Puasa mengajarkan dan melatih tubuh berdisiplin
untuk makan dan minum secara tidak berlebihan serta mengatur kuantitas
dan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Menyehatkan
Menurut
penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh karena makanan berkaitan
erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa ada fase istirahat
setelah fase pencernaan normal, yaitu 6-8 jam. Pada fase itu terjadi
degradasi dari lemak dan glukosa darah. Selain itu terjadi peningkatan
high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan
low density lipoprotein (LDL) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
jantung dan pembuluh darah. HDL berefek baik bagi kardiovaskular dan
LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.
Secara
psikologis puasa menimbulkan suasana batin tenang, teduh, dan tidak
dipenuhi rasa amarah sehingga menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi
peningkatan adrenalin 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil
kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, serta
menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.
Adrenalin
menambah pembentukan kolesterol dari LDL. Berbagai hal tersebut dapat
meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak
sehingga timbul gangguan jantung koroner, stroke dan lain-lain.
Penelitian
endokrinologi menunjukkan, pola makan saat puasa yang bersifat
rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan
ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan, seperti
amilase, pankrease, dan insulin, dalam jumlah besar sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian,
puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol serta
mengendalikan tekanan darah.
Saat seseorang melaksanakan puasa
selama sebulan, plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi
jaringan otak akan diperbarui. Dengan demikian, akan terbentuk
networking atau rute jaringan baru di dalam otak, yang akan membentuk
pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna.
Pada hakikatnya
puasa bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel
saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu bisa meregenerasi sel-sel saraf
otak.
- See more at: http://www.ifadahsyat.biz/2012/08/puasa-meregenerasi-sel-saraf-otak.html#sthash.LZlapPhg.dpuf
Ratusan umat muslim menunaikan sholat Tarawih pertama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Selama
berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh otak. Laju
percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat para ilmuwan
belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan
dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam otak.
Otak
adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki
fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan, mengingat,
inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator
gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.
Otak terdiri atas 100
miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan. Hubungan antarsel saraf
disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps) terjadi melalui impuls
listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter sebagai perantara.
Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem kerja antarneuron. Jika
terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron akan bereaksi abnormal.
Ada
dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi
(glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric acid
(GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk
melaksanakan fungsi otak.
Ada banyak faktor yang memengaruhi
fungsi otak, antara lain faktor genetik, psikologi/kejiwaan,
lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Dalam ilmu saraf dikenal
istilah plastisitas otak, yakni kapasitas sistem saraf untuk mengubah
struktur dan fungsinya sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan.
Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi.
Plastisitas
sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan
pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada
hubungan sel-sel saraf di otak.
Neurogenesis merupakan proses
kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat
mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel piramidal dan sel
yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan
dentrit. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak
untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati.
Fungsional
kompensasi terjadi pada saat seseorang menua, plastisitas otak akan
menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan kinerja lebih rendah.
Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dengan
yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi
fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering
mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.
Kondisi saat puasa
Berpuasa
pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslim bukan hanya menahan dahaga dan
lapar mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebih dari itu,
puasa adalah latihan psikis, mental, dan fisik biologis.
Secara
psikis, orang yang menjalankan puasa akan memiliki jiwa dan perilaku
sehat, menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa
mencederai hakikat berpuasa. Dengan demikian, bisa menjadi manusia
berakhlak mulia.
Secara biologis, puasa diharapkan bermanfaat
bagi kesehatan. Puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar
mulai dari subuh hingga maghrib. Selama puasa, tubuh mengalami proses
metabolisme. Makanan dicerna sekitar 8 jam. Rinciannya, 4 jam makanan
disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung,
selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah menjadi sari
makanan di usus kecil, kemudian diabsorpsi oleh pembuluh darah dan
dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam sebelum berbuka merupakan
waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.
Puasa merupakan
aktivitas fisik dan biologis untuk mengatur dan memperbaiki
metabolisme tubuh. Puasa mengajarkan dan melatih tubuh berdisiplin
untuk makan dan minum secara tidak berlebihan serta mengatur kuantitas
dan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Menyehatkan
Menurut
penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh karena makanan berkaitan
erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa ada fase istirahat
setelah fase pencernaan normal, yaitu 6-8 jam. Pada fase itu terjadi
degradasi dari lemak dan glukosa darah. Selain itu terjadi peningkatan
high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan
low density lipoprotein (LDL) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
jantung dan pembuluh darah. HDL berefek baik bagi kardiovaskular dan
LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.
Secara
psikologis puasa menimbulkan suasana batin tenang, teduh, dan tidak
dipenuhi rasa amarah sehingga menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi
peningkatan adrenalin 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil
kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, serta
menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.
Adrenalin
menambah pembentukan kolesterol dari LDL. Berbagai hal tersebut dapat
meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak
sehingga timbul gangguan jantung koroner, stroke dan lain-lain.
Penelitian
endokrinologi menunjukkan, pola makan saat puasa yang bersifat
rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan
ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan, seperti
amilase, pankrease, dan insulin, dalam jumlah besar sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian,
puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol serta
mengendalikan tekanan darah.
Saat seseorang melaksanakan puasa
selama sebulan, plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi
jaringan otak akan diperbarui. Dengan demikian, akan terbentuk
networking atau rute jaringan baru di dalam otak, yang akan membentuk
pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna.
Pada hakikatnya
puasa bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel
saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu bisa meregenerasi sel-sel saraf
otak.
- See more at: http://www.ifadahsyat.biz/2012/08/puasa-meregenerasi-sel-saraf-otak.html#sthash.LZlapPhg.dpuf