Berapa Persen Potensi Otak Manusia Yang Sudah Digunakan





Potensi otak manusia yang digunakan saat ini rata-rata baru 0,1 persen. Bahkan seorang yang genius pun baru menggunakan potensi otaknya sekitar 1,5 persen. "Itu adalah temuan tahun 1990,yang bermula pada tahun 1970, diperkirakan potensi otak manusia baru digunakan 35 persen. Selanjutnya di tahun 1980, diperkirakan rata-rata 2-4 persen potensi otak yang baru digunakan serta 6 persen yang digunakan oleh orang genius.


"Pertanyaannya apa yang menjadi penyebab kecilnya potensi otak yang digunakan oleh manusia ini. Itu karena pengkondisian yang dilakukan oleh kita sendiri. Selalu ada pembatasan sehingga potensi dan kemampuan kita tidak berkembang tanpa batas. Salah sama dengan buruk, menyatakan tidak bisa, tidak mampu, dan lain-lain.

Dalam otak manusia itu ada 1 triliun sel otak yang dinamakan neuron. Satu sel neuron ini sama dengan satu unit super komputer. "Artinya, satu otak manusia sama dengan satu triliun super komputer. Luar biasa kalau semua potensinya digunakan. Ide manusia tidak akan pernah habis," 

Orang tua, kata Alexander, sebetulnya bisa memaksimalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki anak. Namun faktanya mayoritas orang tua telah melakukan hal yang keliru, salah satunya adalah dengan memberikan beban, membandingkan anak, serta tidak pernah berkomunikasi dengan baik bersama anak.
  
berkomunikasi dengan baik bersama anak.
"Berdasarkan data statistik, kurang dari 12 menit para orang tua berkomunikasi dengan anak dalam satu minggu. Bukan sekedar tinggal satu rumah atau komunikasi dengan telepon. Tapi ngobrol, tatap muka, dengarkan keluhan anak, apa yang dirasakan anak. Kalau orang tua tidak bisa seperti itu maka anak akan cari teman di luar, dan itu beresiko," ungkapnya.

Sifat Seseorang Bisa Dipengaruhi Oleh Ukuran Otak

Ada banyak orang sukses yang kaya raya, namun hanya segelintir yang sudi menyumbangkan uangnya secara sukarela untuk amal atau kemanusiaan. Di sisi lain, banyak juga orang yang tidak kaya raya namun rajin berderma. Kecenderungan ini ternyata tidak melulu dipengaruhi oleh jumlah uang yang dimiliki, melainkan dipengaruhi juga oleh ukuran otak.

Para peneliti dari University of Zurich di Swiss menemukan adanya variasi jumlah materi abu-abu di daerah otak yang berhubungan dengan kekhawatiran dan keputusan moral seseorang. Daerah otak tersebut terletak antara parietalis dan lobus temporal. Orang yang berperilaku altruistik atau gemar menolong memiliki lebih banyak materi abu-abu di daerah ini.

Dalam laporan penelitian yang diterbitkan jurnal Neuron, peneliti meminta 30 orang relawan untuk menjalani scan otak sambil bermain game komputer. Permainan ini mengharuskan relawan membagi uangnya kepada seseorang yang tidak dikenal.

Relawan yang membuat keputusan dermawan seperti memberikan uangnya kepada orang lain meskipun mungkin merugikan diri sendiri ternyata memiliki lebih banyak koneksi saraf di bagian temporoparietal dibandingkan relawan yang lebih egois.

Hasil scan otak juga menunjukkan aktivitas di temporoparietal junction yang terletak di sisi kanan otak. Hal ini terjadi karena setiap orang mencapai batas maksimum pemberian yang bisa diberikan kepada orang lain. Mendeteksi titik maksimal ini memungkinkan peneliti untuk memeringkat kemurahan hati para relawan secara obyektif.

"Struktur temporoparietal junction sangat memprediksi titik awal seseorang untuk melakukan tindakan dermawan ketika aktivitas di wilayah otak lainnya memprediksi berapa banyak kerugian yang bisa dialami akibat tindakannya tersebut. Temuan ini menjelaskan hubungan antara hardware dan software dari perilaku altruistik manusia," kata peneliti, Yosuke Morishima"

Para peneliti mengatakan beberapa orang lebih murah hati dibandingkan orang lain karena memiliki materi abu-abu di temporoparietal junction yang lebih banyak. Banyaknya materi abu-abu ini juga menegaskan bahwa kecenderungan altruistik tidak akan berubah dalam waktu yang singkat. Misalnya, orang baik tidak menjadi kejam dalam waktu semalam.

"Ini adalah penelitian pertama yang menghubungkan anatomi dan aktivasi otak atas perilaku altruisme manusia. Temuan menunjukkan bahwa perkembangan sikap altruisme melalui pelatihan atau praktek-praktek sosial dapat terjadi melalui perubahan struktur otak dan aktivasi saraf yang diidentifikasi dalam penelitian kami," kata peneliti senior, Ernst Fehr.

Peneliti menemukan bahwa potensi sifat altruisme sudah ada di dalam otak, namun pengambilan keputusan dalam kenyataannya tergantung pada konteks dan biaya yang dimiliki setiap orang.

Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan motif sosial lainnya dari sikap murah hati. Misalnya, kebanyakan orang tidak ingin dicap pelit kepada orang lain karena akan merusak reputasinya.
 Referensi : Detik Health.com

Menulis Al-Quran Merangsang Kecerdasan Otak

Menulis Al-Quran memiliki nilai ibadah tinggi di mata Allah SWT. Menulis kitab suci yang disampaikan Nabi Besar Muhammad SAW ini juga mampu merangsang kecerdasan otak, dan mempertajam kepedulian hati nurani, terlebih di kalangan anak-anak.

Lembaga Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center (AQLIC) pun mendorong mewujudkan gerakan menulis Alquran. “Kami berharap umat Islam memahami bahasa Arab dan mampu menulis Alquran secara fasih. Menulis Alquran akan mampu merangsang dan mencerdaskan otak serta memiliki nilai ibadah lebih tinggi di mata Allah SWT,” kata pimpinan AQL, Ustaz Bachtiar Nasir saat meluncurkan Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center (AQLIC) di Jakarta, Rabu.

Bachtiar yang juga inisiator pendiri Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), mengatakan, jika umat Islam paham dan mampu menulis Al Qur’an dengan fasih tentu ribuan khasanah klasik Islam juga akan mudah dipahami dan ditelusuri isinya.

“Gerakan menulis Alquran (ImanQu) sasarannya untuk merangsang umat Islam agar mampu menulis Alquran sampai khatam. Hal ini dilatarbelakangi ada sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat berkualitas, sahabat tersebut bersama Nabi Muhammad SAW tidak hanya menghapal tapi juga menuliskan Alquran sampai khatam,” katanya.

Menurut Bachtiar, latar belakang lainnya terbitnya program ImanQu terinspirasi sewaktu kuliah di Madinah ada kenalannya seorang profesional asal London yang mendalami pendidikan Islam. Dia bercita-cita ingin menulis Alquran selama 30 hari hingga khatam di Masjidil Haram.

“Profesor tersebut yang kerap menulis artikel internasional berujar, bahwa menulis Alquran merupakan tesis terbaik dirinya yang akan diwariskan kepada anak cucunya kelak,” ujarnya.

Bachtiar mengaku khawatir dengan adanya sekulerisasi dan latenisasi yang menyebabkan banyak umat Islam tidak paham Alquran dan bahasa Arab.

Bachtiar mengatakan dari pengamatannya sejak 2006, dapat disimpulkan saat ini dari mayoritas muslim di Indonesia, hanya sekitar 2 persen di antaranya yang benar-benar mampu membaca Alquran, memahami dan mengkaji isi kandungannya.

Dia mengharapkan, lembaga AQLIC akan menjadi Islamic Center terbaik di Indonesia menuju dunia. Menurutnya, AQLIC mengembangkan 5 pilar peradaban yaitu ibadah, iptek, sosbud, kesehatan dan kemanusiaan, ekonomi dan kewirausahaan.

Hal ini diaplikasikan dalam berbagai program dan kelas tadabbur, Islamic studies dan berbagai kegiatan di unit bidang pendidikan dakwah, pendidikan, sosial, kaderisasi dan juga ekonomi kewirausahaan,” demikian Bachtiar Nasir.

Bachtiar mengaku khawatir dengan adanya sekulerisasi dan latenisasi yang menyebabkan banyak umat Islam tidak paham Alquran dan bahasa Arab. (aby)

Teks impinan AQL, Ustaz Bachtiar Nasir saat meluncurkan Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center (AQLIC) di Jakarta, Rabu. (aby)

Berpikir Keras Tidak Akan Menyebabkan Badan Kurus

Berpikir keras memang sangat menguras tenaga, maka wajar kalau terasa letih sesudahnya. Namun
jangan harap bisa kurus hanya dengan berpikir saja, tetap harus olahraga karena otak manusia hanya butuh daya setara dengan lampu 12 watt.

Kurang Tidur dan Tidur Berlebihan Dapat Menyebabkan Cepat Pikun


Tidur merupakan salah satu aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi kesehatan. Namun nyatanya durasi tidur juga harus dibatasi tidak boleh kurang atau lebih.


Tidur kurang dari 5 jam atau lebih dari 9 jam per hari berisiko terkena demensia atau penurunan fungsi otak yang salah satu cirinya adalah pikun di hari tua. Tidur 6-8 jam dianggap sebagai kebutuhan ideal manusia.

Baru-baru ini sebuah studi menemukan bahwa rutin tidur siang dan tidur di malam hari terlalu lama bisa jadi merupakan gejala awal penyakit demensia atau bahkan berkontribusi terhadap gangguan otak, terutama jika sudah memasuki masa lansia.

"Hasil ini menunjukkan bahwa ngantuk yang dirasakan sepanjang hari bisa jadi gejala awal penurunan kemampuan kognitif," ujar Dr. Claudine Berr dari Institut National de la Sante et de la Recherche Medical (Inserm) dalam Alzheimer's Association International Conference di Vancouver.

Dalam studi lain yang juga dipresentasikan di Vancouver, sekelompok peneliti dari Amerika menemukan bahwa rutin tidur lebih dari 9 jam dalam semalam atau kurang dari lima jam dapat dikaitkan dengan kemampuan mental yang lebih rendah.

Devore dan koleganya juga menemukan bahwa partisipan yang tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit mengalami perubahan senyawa kimia di dalam otak sehingga mengindikasikan gejala awal penyakit Alzheimer atau bentuk paling umum dari demensia.

"Dari waktu ke waktu durasi tidur yang ekstrem bisa saja berkontribusi terhadap penurunan kemampuan kognitif dan gejala awal Alzheimer dan bukanlah semata gejala pasif dari keduanya


Referensi :  detikHealt.com

Puasa Memberi Beberapa Manfaat Misterius Untuk Otak



Saat berpuasa, pola makan umat Muslim menjadi berbeda dibandingkan hari-hari biasanya. Hal ini tentu saja memicu banyak perubahan pada tubuh, mulai dari otak hingga sistem pencernaan.

Selama masa puasa, ada pelepasan hormon yang mengganggu cara tubuh dalam perubahan makanan menjadi energi. Ketika hal itu terjadi, jumlah mitokondria dalam neuron otak (yang memberitahu sinyal lapar) akan meningkat.

Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh ilmuwan di Yale University School of Medicine. Hasil studi ini yang kemudian dapat menjelaskan hubungan antara buka puasa dan makan lebih banyak dari yang Anda butuhkan.

"Biasanya kita telah melihat tren obesitas dan banyak kejadian diabetes selama bulan suci karena makan yang tidak teratur dan tidak tepat setelah berbuka puasa," jelas Dr. Wedad Al Maidor, dokter keluarga dan anggota Departemen Kesehatan Dubai, seperti dilansir muslimvoices.org, Selasa (24/7/2012).

Selain itu, puasa memberi beberapa manfaat misterius untuk otak. Sebuah studi yang dilakukan National Institute on Aging menunjukkan bahwa pengurangan selang waktu makanan dapat melindungi otak dari penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.

Peneliti menjelaskan, pembatasan diet dapat merangsang produksi neuron baru dari sel induk (neurogenesis) dan dapat meningkatkan plastisitas sinaptik, yang dapat meningkatkan kemampuan otak untuk melawan penuaan dan memulihkan cedera fungsi lanjutan.

Oleh karena itu, meningkatkan interval waktu antara waktu makan dapat bermanfaat bagi otak, bahkan ketika jumlah makanan meningkat dan tak ada penurunan asupan kalori.

Di sisi lain, tingkat gula darah yang rendah selama puasa dapat mengunci otak ke dalam tahapan tidur nyenyak. Puasa meningkatkan kualitas dan mengintensifkan kedalaman tidur. Hal ini akan berdampak baik karena proses perbaikan tubuh dan otak terjadi selama tidur.



Ini sebabnya dua jam tidur selama bulan Ramadan lebih memuaskan dan menyegarkan dibandingkan tidur dalam waktu biasanya

Mengapa Otak Kita Lelah Saat Berfikir

Study University of Ottawa, Kanada, mengungkapkan energi yang dihabiskan saat menggunakan otak dengan keras lebih memberi efek pada kelelahan mental. Menurut peneliti Claude Messier, secara teoretis tugas otak memang lebih sulit dan memerlukan lebih banyak energi karena melibatkan lebih banyak aktivitas saraf. Faktanya memang tidak ada peningkatan besar konsumsi glukosa yang signifikan dalam penggunaannya.

Penelitian itu mendasarkan pada fakta bahwa otak manusia membutuhkan rata-rata energi metabolisme sekitar 20% dari keseluruhan tubuh. Dengan asumsi energi total tubuh ialah 1.300 kilokalori/hari, energi yang diperlukan otak saat berpikir ialah 260 kkal/hari. Energi otak itu setara dengan listrik 12,6 watt.

Namun, kata Messier, otak mesti aktif menjaga fokus yang sesuai dengan beban partikel bermuatan yang melintasi miliaran saraf. Otak sendiri, lanjutnya, menghindari konsentrasi terus-menerus yang bisa menciptakan beberapa perubahan dan semacam kelelahan di otak. Jika momen berpikir itu berlanjut, kelelahan psikislah yang timbul. (Livescience/MI/ICH)

Bagaimana Otak Pria Usai Melakukan Seks

Usai bercinta, jangan harap seorang pria akan berbincang-bincang atau sekedar bermesraan bersama pasangan. Bukan disebabkan karena malas, tapi mekanisme tubuh pria memang seperti itu. Pria secara otomatis tertidur setelah bercinta karena otaknya diprogram untuk segera diam.

Para peneliti Prancis melakukan scan otak kepada pria selama dan setelah berhubungan seks untuk memantau perubahan aktivitas otaknya. Hasilnya menemukan bahwa area korteks otak, yaitu bagian yang mengatur pikiran sadar, tidak aktif atau diam selama orgasme.
Sementara itu 2 daerah lainnya, yaitu korteks cingulate dan amigdala, mengirim pesan ke seluruh otak untuk menghapus semua hasrat seksual dengan cara melepaskan bahan kimia yang memicu tidur, serotonin dan opioid.

"Percobaan ini memberikan kita petunjuk mengenai apa yang terjadi di otak pria selama orgasme. Setelah pria mengalami orgasme, mereka biasanya mengalami periode refraktori ketika tidak dapat terangsang," kata peneliti, Serge Stoléru seperti dilansir Telegraph.

Temuan ini dapat memberikan alasan bagi pria mengapa langsung jatuh tertidur begitu habis bercinta. Tetapi tampaknya hal yang sama tidak berlaku bagi pasangannya sehingga terkadang membuat kesal pasangan.

"Bagi wanita tampaknya berbeda. Mereka tidak memiliki periode refraktori yang kuat dan dapat meminta lebih ketika pasangannya hanya ingin beristirahat," kata Stoléru.

Sebuah penelitian terbaru juga menyatakan bahwa pria memikirkan seks sebanyak19 kali kali sehari, hampir 8.000 kali lebih sedikit dari yang diperkirakan sebelumnya. Pria juga berpikir tentang makanan hampir sama seperti seks, yaitu sebanyak 18 kali sehari, disusul oleh oleh tidur yang melintasi benak pikiran sebanyak 11 kali sehari.

Temuan tersebut meruntuhkan anggapan lama bahwa para pria berpikir tentang seks setiap 7 detik sekali saat terjaga atau rata-ratanya sebanyak 8.000 kali dalam 16 jam sehari.

Para ilmuwan di Amerika Serikat menemukan bahwa rata-rata para pria masih berpikir tentang seks hampir 2 kali lebih banyak dibanding perempuan yang hanya memikirkannya 10 kali dalam sehari. Perempuan juga lebih jarang berpikir tentang makanan dan tidur dalam sehari, yaitu hanya 15 kali memikirkan makanan dan 8,5 kali berpikir tentang tidur.

Para peneliti mengatakan bahwa pada penelitian terdahulu, relawan diminta untuk menebak seberapa sering ia berpikir tentang seks, tapi tidak benar-benar memeriksa kenyataannya, Akibatnya, hasil penelitian akhirnya dianggap salah namun tetap mempengaruhi pria dan wanita selama bertahun-tahun sesudahnya.

Tim peneliti dari Ohio State University merekrut 160 orang wanita dan 120 orang pria berusia 18 - 25 tahun untuk dipantau pikirannya. Dalam kelompok itu, 59 orang secara acak ditugaskan untuk menghitung seberapa sering ia memikirkan makanan, tidur dan seks.


Sumber: detikcom

5 Olahraga yang Dapat Memperbaiki Fungsi Otak

Olahraga tidak cuma bermanfaat untuk menjaga kebugaran dan kekuatan fisik saja. Beberapa jenis olahraga bisa juga memperbaiki fungsi otak, misalnya ping-pong dan andalan Indonesia di ajang olimpiade yakni badminton atau bulutangkis.

Kedua jenis olahraga tersebut dikatakan baik untuk otak karena membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi. Selain itu, dibutuhkan juga ketepatan yang sangat tinggi serta koordinasi mata dan tangan sehingga sangat bagus untuk menjaga kebugaran otak.

Gerakan yang cenderung konstan dan berlangsung sangat cepat juga memberikan efek aerobik. Sebagaimana yang sudah terbukti dalam berbagai penelitian, jenis olahraga yang bersifat aerobik umumnya sangat berhubungan dengan pemeliharaan fungsi kognitif atau kecerdasan.

"Kita tahu bahwa aktivitas aerobik selama 30 menit/hari, sebanyak 5 kali/minggu bisa mengurangi risiko penurunan fungsi kognitif," kata Dr Rodolfo Savica, ahli saraf dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota seperti dikutip dari Foxnews, Rabu (1/8/2012).

Efek pemeliharaan fungsi kognitif juga didapat dari jenis olahraga ini karena keduanya memaksa jantung bekerja lebih cepat. Sebuah penelitian di Mayo Clinic pernah mengungkap bahwa risiko demensia atau pikun bisa berkurang dengan memelihara ritme jantung.

Namun masih menurut para ahli dari Mayo Clinic, bukan cuma ping-pong atau tenis meja dan badminton atau bulutangkis yang baik untuk otak. Beberapa jenis olahraga yang paling bagus untuk otak adalah sebagai berikut:

1. Ping-pong
2. Badminton
3. Taekwondo
4. Dayung
5. Kano

Begitu juga untuk merasakan manfaatnya, jelas tidak cukup hanya dengna menonton aksi Taufik Hidayat dan kawan-kawan dalam menggebuk shuttlecock di ajang Olimpiade London 2012. Jika tidak ingin cepat-cepat pikun, segera ambil raket badminton atau bat ping-pong lalu mainkan sendiri olahraga tersebut.
 

Referensi : Detik.com

Bagaimana Meregenerasi Sel Saraf Otak Anda


Selama berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh otak. Laju percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat para ilmuwan belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam otak.

Otak adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan, mengingat, inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.

Otak terdiri atas 100 miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan. Hubungan antarsel saraf disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps) terjadi melalui impuls listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter sebagai perantara. Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem kerja antarneuron. Jika terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron akan bereaksi abnormal.

Ada dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi (glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric acid (GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk melaksanakan fungsi otak.

Ada banyak faktor yang memengaruhi fungsi otak, antara lain faktor genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Dalam ilmu saraf dikenal istilah plastisitas otak, yakni kapasitas sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan.

Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi. Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada hubungan sel-sel saraf di otak.

Neurogenesis merupakan proses kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel piramidal dan sel yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrit. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati.

Fungsional kompensasi terjadi pada saat seseorang menua, plastisitas otak akan menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan kinerja lebih rendah. Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dengan yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.

Hubungan antara Musik dan Otak yang Belum diketahui Banyak Orang



Sudah lama diketahui bahwa musik bisa membantu menenangkan. Tapi jika seseorang bisa memainkan salah satu alat musik maka manfaatnya bertambah, yaitu mencegah otak agar tidak cepat tua.

Bukti-bukti menunjukkan belajar bermain alat musik dan terus berlatih sambil bermain bisa memberikan manfaat mental sepanjang hidup serta memberikan pengaruh positif bagi pendengaran.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience menunjukkan bermain alat musik bisa mengurangi efek penurunan mental yang berhubungan dengan penuaan, sehingga membuat otak tidak cepat tua.

Jika seseorang belajar musik dari kecil hingga dewasa maka ia memiliki memori dan kemampuan kognitif yang lebih baik dibanding non-pemusik. Serta jika bisa bertahan hingga usia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan menetralisir dampak negatif dari usia.

"Perilaku dapat mengubah otak Anda. Di masa kecil yang mana saat otak masih berkembang, belajar alat musik dan terus bermain bisa meletakkan dasar untuk manfaat yang besar dikemudian hari," ujar penulis studi Brenda Hanna-Pladdy dari Emory University di Atlanta, seperti dikutip dari HealthDay, Selasa (7/8/2012).

Hanna-Pladdy menuturkan jika seseorang baru belajar alat musik saat usia pertengahan atau dewasa dan rutin bermain, maka ia tetap akan mendapatkan manfaat pencegahan penuaan otak meski tidak sebesar orang yang bermain sejak kecil.

Studi ini melibatkan 70 orang baik musisi maupun yang bukan dan dievalusi dengan melakuakn res neuropsikologi serta disurvei mengenai gaya hidupnya secara umum. Diketahui otak dari musisi ini tidak cepat tua karena memiliki nilai lebih tinggi pada tes ketajaman mental, meori verbal, daya ingat dan ketangkasan motorik.

"Musik secara alami bisa memberikan stimulasi multi-indera dan cara yang efektif untuk mengobati gangguan seperti stroke. Serta membantu melindungi otak terhadap penurunan kognitif," ujar Hanna-Pladdy.

Tingkatkan Fungsi Otak Dengan Belajar Dua Bahasa

Manfaat belajar dua bahasa bagi anak-anak memang masih diperdebatkan. Tetapi, penelitian yang dilakukan tim dari Skotlandia mengungkapkan bahwa anak-anak yang menguasai dua bahasa umumnya lebih kreatif dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.

Ketajaman otak sangat diperlukan untuk lancar berkomunikasi dalam dua bahasa sehingga hal itu dinilai akan meningkatkan kemampuan anak berpikir.

"Bilingual kini dipandang memiliki manfaat positif bagi anak, tetapi ada pendapat yang menyebutkan hal itu bisa membingungkan sehingga justru mengganggu anak," kata ketua peneliti Fraser Lauchlan.

Dalam penelitiannya, Lauchlan berhasil mengungkapkan manfaat belajar dua bahasa bagi anak, bukan cuma dari segi komunikasi, melainkan juga aritmatik, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir kreatif.

Penelitian itu melibatkan 121 anak berusia 9 tahun di Skotlandia dan Sardinia, sebuah pulau di wilayah Italia, yang berkomunikasi dalam bahasa Inggris atau Italia. Dari seluruh responden, sekitar 62 anak menguasai dua bahasa dan juga menguasai bahasa Sardinia.



Anak-anak itu kemudian diberikan sejumlah tes dalam bahasa Inggris dan Italia. Secara khusus mereka diminta untuk meniru pola dari balok berwarna, diminta mengulangi sederet angka, menebak huruf, hingga memecahkan masalah.

Anak-anak yang berbicara dalam dua bahasa memiliki hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang hanya berkomunikasi dalam satu bahasa.

"Ketika kami menguji kemampuan tata bahasa anak, tampak ada perbedaan dalam detail dan cara mereka mendeskripsikan. Selain itu, kemampuan mereka untuk fokus pada informasi yang penting, termasuk memilah mana yang penting dan tidak, jauh lebih baik," kata Lauchlan.

Referensi :Kompas







Pengaruh Karbohidrat pada Otak


Karbohidrat adalah salah satu sumber gizi penting dalam makanan. Bukan hanya bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Karbohidrat adalah nutrisi yang paling dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya, di antaranya untuk kerja otak.

Karbohidrat berperan sebagai penyedia energi utama untuk berbagai aktivitas tubuh, memastikan protein dapat berperan sebagai zat pembangun, dan penyedia glukosa untuk optimalisasi fungsi otak. Untuk itu, kebutuhan karbohidrat mesti tercukupi.

Jangan salah persepsi tentang karbohidrat. Bagaimanapun, karbohidrat menyediakan tenaga yang dibutuhkan untuk aktivitas fisik dan agar organ tubuh berfungsi baik, selain juga merupakan bagian dari pola hidup sehat.

Dalam sistem pencernaan, karbohidrat diubah menjadi glukosa dan diolah menjadi energi. Karbohidrat meningkatkan glukosa dalam darah setelah 0,5-1 jam dikonsumsi yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk otak yang menjadi tujuan utama.

Setelah menyantap karbohidrat, tubuh terasa segar dan kemudian bisa berpikir dengan baik lagi. Wajar saja, mengingat glukosa menjadi salah satu nutrisi bagi otak.

Tidak seperti organ tubuh lain, otak tidak bisa menggunakan energi dari lemak. Otak hanya bisa menggunakan sumber energi dari diet dan glikogen.

"Otak hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Di sisi lain, otak hanya memiliki sedikit cadangan energi. Untuk itu ketersediaan glukosa secara konstan harus tetap dijaga," kata Prof.Made Astawan, ahli pangan dari IPB.

Glukosa bisa diperoleh dari bahan alami seperti dalam gula tebu (yang mengandung sukrosa). Sukrosa di dalam tubuh akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa. Selain itu, ada pula isomatulosa yang senyawanya mirip sukrosa. Hanya memang perlu diingat bahwa sejumlah karbohidrat lebih baik daripada yang lain.

Referensi : kompas

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penciutan Otak


Jangan anggap enteng stres atau depresi. Keduanya bisa menciutkan otak dan berkontribusi dalam degradasi emosional dan mental. Fakta ini diungkap peneliti dari Amerika Serikat. Saat ini, peneliti menemukan satu alasan mengapa itu bisa terjadi, yaitu karena peralihan genetis yang memicu putusnya koneksi otak pada manusia dan hewan.

Penemuan ini menunjukkan bahwa peralihan genetis ini dikenal sebagai faktor transkripsi yang merepresi gen tertentu yang dibutuhkan untuk pembentukan koneksi sinaptis antara sel otak, yang pada akhirnya memberi kontribusi terhadap berkurangnya masa otak.

"Kami ingin menguji gagasan bahwa stres dapat menyebabkan hilangnya sinapsis otak (sambungan sel saraf) pada manusia," ujar Ronald Duman, profesor bidang psikiatri, neurobiologi, dan parmakologi di Yale University.

"Kami menunjukkan sirkuit biasanya terlibat dalam emosi, serta kognisi, yang terganggu ketika faktor transkripsi aktif," tambahnya.

Peneliti menganalisa jaringan pada pasien depresi dan non-depresi dari bank otak dan melihat formula aktivasi gen yang berbeda. Otak pasien yang memiliki depresi menunjukkan rendahnya tingkat ekspresi dalam gen yang dibutuhkan sebagai fungsi dan struktur sinapsis otak.

Referensi : zeenews

Apa Hubungan Antara Pipis Saat Bermimpi dengan Otak ?


Tanpa sadar seseorang kadang bisa sampai buang air kecil atau pipis ketika ia tengah bermimpi. Ternyata ada hal-hal tertentu yang bisa menjadi pemicunya, apa saja itu?

Buang air kecil saat bermimpi atau mengompol tidak hanya bisa membuat seseorang merasa frustasi, tapi juga membuat pasangan yang berbagi tempat tidur bersama menjadi terganggu.

Berikut ini alasan mengapa seseorang bisa sampai pipis saat bermimpi, seperti dikutip dari Boldsky, Senin (13/8/2012) yaitu:

1. Pengaruh psikologis saat mimpi buruk
Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh adanya pengaruh psikologis, biasanya untuk menyingkirkan pengalaman buruk dari mimpi yang dialaminya sehingga tanpa sadar ia buang air kecil ketika bermimpi.

2. Ketidakseimbangan emosional
Ketika seseorang mengalami mimpi tentang hal-hal negatif dalam kehidupannya bisa menyebabkan ketidakseimbangan emosional yang melibatkan fungsi ekskretoris tubuh, salah satunya pipis saat mimpi.

3. Simbol keinginan seksual
Buang air kecil saat mimpi bisa menjadi simbol untuk keinginan seksual dan cara mewakilinya, serta bisa juga jadi cara untuk mengekspresikan dorongan primitif seperti hasrat untuk melakukan hubungan intim.

4. Pelepasan emosi negatif
Bermimpi sambil buang air kecil dapat menginterpretasikan pelepasan emosi negatif, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, masa lalu yang menyakitkan, agresivitas dan kemarahan.

5. Ingin kebebasan
Jika seseorang mimpi berada di toilet umum untuk pipis dan ia benar-benar buang air kecil berarti ia tidak memiliki privasi dalam kehidupan. Buang air kecil di toilet umum menandakan ia menginginkan

Anak yang Dipukul Lebih Berisiko Alami Gangguan Mental


Orang-orang yang mendapatkan pukulan atau tamparan saat masih kecil berisiko mengalami gangguan mental yang lebih tinggi saat telah dewasa, termasuk suasana hati, gangguan kecemasan, serta penyalahgunaan alkohol dan narkoba, menurut hasil penelitian yang diluncurkan pada Senin.

Pelatihan Sumber Daya Manusia dengan ESQ


Pelatihan sumber daya manusia ESQ sejak usia dini diyakini bisa membentuk karakter anak-anak agar bisa lebih taat kepada Sang Pencipta dan juga orang tuanya. "ESQ bisa membentuk karakter anak-anak," kata Ketua Umum Lembaga Kemanusiaan ESQ Lea Irawan di Jakarta.

Lea menjelaskan, berdasarkan beberapa pengalaman yang pihaknya dapat selama pelatihan-pelatihan ESQ diketahui bahwa anak-anak alumni ESQ mengalami perubahan cara berpikir dan berperilaku secara signifikan.

"Bila sejak dini anak-anak diperkenalkan mengenai siapa diri mereka, siapa Tuhannya, maka kami optimis mereka akan tumbuh dengan karakter yang baik," katanya.

Untuk itu, kata dia, di bulan Ramadhan tahun ini pihaknya menggelar Kegiatan 'Senyum Ceria Ramadhan' yang mengajak seribu anak yatim dari bebagai panti asuhan untuk mengikuti program ESQ outdoor.

"Selain ada pembekalan ESQ anak-anak juga kami ajak untuk mengena lebih jauh mengenai budaya Indonesia dengan mengajak mereka keliling anjungan-anjungan di Taman Mini Indonesia Indah," katanya.

Dia menjelaskan, selain mendapatkan bimbingan spiritual dari pendiri ESQ Ary Ginanjar, anak-anak juga diajak menikmati berbagai wahana yang ada. Sementara itu, Lea menambahkan, pada saat ini terdapat 1,2 juta alumni ESQ.

Dari 1,2 juta jiwa tersebut sebagian di antaranya adalah anak-anak dan remaja. Menurut dia di era gencarnya globalisasi pada saat ini maka pembentukan dan penguatan karakter pada anak-anak harus dilakukan sejak dini agar tidak mudah terpengaruh pada hal yang negatif.

Sumber: Antara