Mahasiswa Indonesia Harus Bisa Gaul Secara Global


Pentingnya sebuah pendidikan serta animo anak muda untuk menimba ilmu menjadi alasan diselenggarakannya European Higher Education Fair (EHEF) 2013 oleh Uni Eropa.

Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), serta didukung oleh British Council (Inggris), CampusFrance IFI (Prancis), DAAD (Jerman), dan Nuffic Neso (Belanda), pihak Uni Eropa pun mencoba untuk menjaring mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia.

Director Nuffic Neso Mr. Mervin Bakker mengatakan, salah satu kegiatan dalam kerjasama ini adalah untuk memfasilitasi pendidikan tinggi antara Indonesia dengan Belanda (Uni Eropa).

"Kenapa kami harus bekerja sama dengan universitas-universitas Indonesia? Karena saat ini internasionalisasi di Indonesia masih terkonsentrasi kepada mobilitas mahasiswa. Ini kesempatan yang baik untuk institusi pendidikan tinggi dan tentunya mahasiswa itu sendiri," ujarnya di Foyer Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda, dikutip dari laman Okezone.com.

Pentingnya internasionalisasi ini adalah untuk meningkatkan mobilitas mahasiswa di Indonesia dan keberagamannya di Uni Eropa, di samping membuat para mahasiswa ini menjadi "mendunia". Serta meningkatkan reputasi antara dua negara tersebut.

"Salah satu yang penting adalah untuk meningkatkan program-program pendidikan yakni seperti penelitian," ucapnya.

Selain itu, salah satu alasan bekerja sama dengan di Indonesia, di mana Indonesia dapat meningkatkan kualitas pendidikannya.

"Mengenai ranking, 31 dari 200 universitas tingkat tertinggi di dunia ada di Uni Eropa. 12 universitas dari Belanda, 11 dari Jerman, dan 8 dari Prancis. Universitas-universitas di Eropa sangat penting untuk dipromosikan. Oleh karena itu, mahasiswa Indonesia bisa membuka diri,"

0 Response to "Mahasiswa Indonesia Harus Bisa Gaul Secara Global"

Post a Comment