Inilah Tempat - Tempat Favorit Siswa Untuk Merokok


Ketua Program Youth Smoking Prevention Universitas Airlangga, Ni Made Sukartini, mengemukakan toilet manjadi tempat favorit para siswa sekolah untuk merokok. Lokasinya menunjang karena umumnya di bagian belakang gedung sekolah dan guru jarang menjangkaunya. Faktor lain, toilet guru dan siswa biasanya terpisah dan memicu siswa lebih leluasa menghisap kepulan asap tembakau.

Selain toilet, kantin dan mushala menjadi alternatif para siswa menyalurkan kebiasaan merokoknya. "Ketika guru BP lengah, biasanya siswa merokok di toilet. Lebih aman dan tersembunyi, lalu kantin dan mushala," kata Ni Made usai mengisi Seminar Peran Pendidikan Dalam Pencegahan Merokok di Surabaya, Sabtu 5 Oktober 2013.

Berdasarkan studi yang digelar Modernisator dengan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti dan LPEP Universitas Airlangga pada periode September - November 2012, tingkat prevalensi merokok kalangan pelajar cukup mencemaskan. Sebanyak 1.496 responden berusia 12 - 17 tahun dari 49 sekolah menengah di Jakarta, menunjukkan 31,3 persen merokok aktif. Adapun di Surabaya jumlah siswa yang merokok sebanyak 27,3 persen dari 1.009 responden yang mencakup 19 sekolah menengah. Ni Made berharap ada peran aktif dari sekolah, orang tua, pemerintah dan pelajar untuk melakukan gerakan pencegahan merokok di kalangan siswa usia muda.

Dosen FE Usakti, Hartini, sudah menyisipkan modul melalui proses belajar mengajar di beberapa sekolah di Jakarta. Menurut dia, cara ini efektif mengubah perilaku dan wawasan siswa soal bahaya merokok. Pembelajaran modul sudah diterapkan sejak awal tahun 2013, namun belum masuk kurikulum resmi Kemendikbud. Ia mengklaim, ada perubahan perilaku para siswa soal kencenderungan merokok sejak modul disisipkan. "Meski tidak menjamin, tapi ada upaya preventif. Evaluasi kami, siswa mulai tahu dan berani menegur teman dan orang tuanya agar tidak merokok," ucapnya.

Pendiri Modernisator, Krisma, mengatakan sudah menggandeng tiga aktor utama di sekolah yakni pelajar, guru dan orang tua. Setiap aktor memiliki tugas berbeda. Pada pelajar, pihaknya melakukan peer educator training, yaitu kampanye pencegahan merokok melalui pendampingan. Modernisator juga memfasilitasi guru menyusun modul bahan ajar yang berisi pencegahan dan bahaya merokok. Adapun tugas orang tua, Krisma mendorong kesadaran mereka untuk menjaga anak-anak terbebas dari rokok. Hingg kini, program YSP sudah menjangkau 4.000 siswa, 463 guru dan 758 orang tua siswa yang berasal dari 85 sekolah di Jakarta dan Surabaya.

Ia yakin program ini akan berhasil jika didukung semua pihak. Sebab program yang sama pernah dijalankan Negara Jerman dan hasilnya efektif mereduksi siswa merokok. Pada 2001, jumlah perokok usia 12-17 tahun di Jerman mencapai 27,5 persen. Jumlah itu turun menjadi 11,7 persen pada 2011. "Semua berpulang pada pribadi siswa sendiri. Jika mereka yakin enggak merokok, ya pasti siswa menjahui merokok. Tapi, kami butuh kebijakan pemerintah yang konsisten," kata Krisma dikutip dari laman tempo.co.

0 Response to "Inilah Tempat - Tempat Favorit Siswa Untuk Merokok"

Post a Comment