Harus Ada Sinergi Positif Antara Pendidikan, Bisnis & Pemerintahan


Indonesia masih kehilangan jati dirinya sebagai bangsa besar setelah penjajahan selama berabad-abad tahun lamanya. Mungkin dalam bentuk fisik sudah tidak terlihat jelas lagi pada detik ini, akan tetapi krisi ekonomi, moral, politik, pendidikan atau komponen sentral di negeri ini sudah sampai pada taraf yang parah.

Kenapa saya katakana parah, hampir dari masyarakat Indonesia kehilangan sosok pemimpin untuk menjalankan tampu kekuasaan. Negara ini terdiri dari berbagai macam perbedaan, sehingga bapak pendiri bangsa ini memakai system pemerintahan demokrasi yang paling baik.

Demokrasi adalah mencerminkan rasa gotong royong yang merupakan identitas dari bangsa ini sebelum penjajahan, namun momen ini tidak dijadikan sebagai ajang untuk saling membantu antara sama lain.

Setiap partai memiliki ambisinya masing-masing,  hanya orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu saja yang aktif dalam kegiatan. Saya tidak menyalahkan semua partai, namun saya mengajak semua elemen untuk bersatu bagaikan 1 tubuh untuk bergerak maju.

Sebagai bukti kalau kurangnya rasa gotong royong antara pihak pemerintahan, bisnis, pendidikan dan mungkin masih banyak komponen lain yang perlu dibenahi secara bertahap. Berikut salah satu bukti kurang kompaknya orang-orang yang mempunyai kedudukan sentral di Negara ini.

Kalangan industri hanya memanfaatkan sekitar 10 persen hasil riset atau penelitian dari universitas, sehingga jejaring dan sinergi antara industri dengan perguruan tinggi harus dibangun.

"AMTeQ (Annual Meeting on Testing and Quality) 2013 yang digelar LIPI di Unair pada 22-24 Oktober 2013 akan memasyarakatkan hasil riset untuk industri," kata Wakil Rektor I Universitas Airlangga Prof Dr H Achmad Syahrani MS Apt di Surabaya, Selasa (22/10).

Dengan memamerkan produk penelitian, terutama yang dihasilkan oleh LIPI dan perguruan tinggi, masyarakat dan kalangan industri diharapkan bisa menyerapnya.

Sedikitnya pemanfaatan hasil riset dari universitas itu menurut Achmad, terjadi karena kelemahan pada sinergi akademi, bisnis serta pemerintah.

"Kelemahan di negara kita pada sinergi 'trio' ABG (Academic, Business, and Goverment)," katanya dalam acara yang juga dihadiri Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Dr Ir Fatimah ZS Padmadinata.

Dengan pameran hasil riset itu, maka lembaga peneliti tidak sekadar menghasilkan produk penelitian, tetapi hasil itu juga bisa dipakai dan dibeli untuk dimanfaatkan.

Pameran yang akan berlangsung di ACC Unair hingga 24 Oktober 2013 itu, diikuti kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian/pengujian, perusahaan industri, BUMN, dan sebagainya.

"Dampak positifnya berlanjut, yakni para peneliti kita yang handal tidak justru dimanfaatkan oleh negara lain dan kemudian hasil produknya dijual ke Indonesia," katanya.

Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi Unair itu, AMTeQ ini juga menjadi salah satu media promosi dan mendekatkan hubungan sinergis antara dunia industri dengan perguruan tinggi.

"Namun, pemerintah juga penting. Setidaknya menerbitkan regulasi yang mampu memproteksi hasil riset perguruan tinggi agar mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri," katanya.

Senada dengan itu, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Dr Ir Fatimah Padmadinata mengatakan LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskan hasil penelitian agar dapat dimanfaatkan masyarakat.

"Hal ini agar hasil penelitian tidak sekadar menghasilkan kertas, tulisan, dan tersimpan di laci atau rak, tetapi harus disosialisasikan untuk dimanfaatkan," katanya.

Oleh karena itu, penyelenggaraan AMTeQ yang sudah tujuh kali diadakan di sekitar Puspiptek Serpong, Banten, maka untuk kali pertama tahun ini diselenggarakan di Jawa Timur (Surabaya) bekerja sama dengan Universitas Airlangga.

"Penyelenggaraan di luar Puspiptek ini dimaksudkan untuk lebih menyebarluaskan transfer hasil penelitian serta meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian yang sangat berguna bagi masyarakat, khususnya industri dan masyarakat di kawasan timur Indonesia," katanya.

Mengenai kendala dalam implementasi hasil penelitian, ia mengatakan adanya aturan pemerintah yang tidak sinkron sehingga tidak cukup memacu atau memotivasi para peneliti untuk meningkatkan penelitiannya.

"Misalnya pada produk penelitian berupa radar ISRA yang dapat dipasang di selat-selat dan bisa 
mendeteksi kapal yang lewat, kepadatan lalu lintas laut, sehingga bisa mengantisipasi terhadap regulasi laut. Hasil penelitian yang sebenarnya sangat berguna bagi Kemenhub itu kurang termanfaatkan," katanya.

Dalam pameran AMTeQ 2013, hasil riset yang tampil antara lain Becak Motor (Bentor) buatan mahasiswa Unair, mobil listrik prototipe LIPI dengan interior lux, dan hasil penelitian mengenai Gandarusa sebagai pil KB untuk kaum laki-laki.

Sumber : Bersatu.com

0 Response to "Harus Ada Sinergi Positif Antara Pendidikan, Bisnis & Pemerintahan"

Post a Comment